To kaili

Sunday, February 1, 2015

swasembada pangan jagung pasti bisa


Saya sangat fokus pada peningkatan produksi tiga komoditas pangan strategis, yakni padi, jagung, dan kedelai, selama lima tahun masa kepemimpinan saya ini. Peningkatan produksi ketiga komoditas tersebut sejalan dengan visi misi  PresidenJokowiuntuk mewujudkan kedaulatan pangan teruatama komoditas pangan pokok rakyat Indonesia.Dan sedari awal saya sudah melakukan hitung-hitungan bagaimana kita mampu mewujudkannya Irigasi minimal harus bisa diperbaiki hingga 1 juta hektar (ha). Bila itu berhasil, produksi padi akan bertambah sebanyak 5 juta ton gabah kering giling (GKG).
Jadi optimistik bahwa kita tidak perlu impor. Pekerjaan beratkah itu.Kerja serius tentunya, tapi sebenarnya tidak berat.Rasa berat hanyalah psikologis saja, Kita mempersepsikan sesuatu berat sehingga logika itu yang menuntun (memerangkap) kita sebelum kita bekerja sama sekali. Setelah satu dua langkah kita ayunkan, jalan terbuka memudahkan kita untuk langkah-langkah berikutnya. Selain perbaikan irigasi yang mutlak segera dikerjakan adalah
penyediaan sarana produksi: misalnya ketersediaan bibit.
Untuk jagung, dapat didorong peningkatan produksi dengan menggunakan pola tanam padi-jagung-padi-jagung. Hal itu merupakan upaya mengatasi keterbatasan lahan.Diluar keterbatasan lahan, masalah infrastruktur dan sarana prasarana produksi pertanian, permodalan, penetapan musim tanam, dan juga penanganan pascapanen dan tata niagakitaperbaiki. Penyelesaiannya komprehensif, tetapi harus dibenahi satu per satu. Jadi, sekali lagi, yang harus menjadi langkah jangka pendek adalah mengatasi persoalan lahan. Konversi lahan harus direm.Penambahan lahan bisa juga dilakukan dengan pemanfaatan penggunaan lahan-lahan telantar.
Saya yakin produksi jagung pada 2015 yang ditargetkan mencapai 20,9 juta ton pipilan kering atau naik 1,77 juta ton pipilan kering dari 19,13 juta ton pipilan kering pada produksi 2014, dapat tercapai.
Dalam upaya mencapai target produksi tersebut kita akan melaksanakan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT). GPPTT akan menggantikan program Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT). Hal yang menarik dari GPPTT adalah model pengelolaan pertanaman yang dilakukan terbagi dua: yaitu, model berbasis kawasan dan non kawasan. Provinsi yang masuk dalam model kawasan adalah Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, NTB, dan NTT.
Kriteria pemilihan lokasi indikatornya terdapat potensi peningkatan provitas di atas 1 t/ha serta adanya komitmen daerah untuk mengembangkan jagung secara berkelanjutan. GPPTT non kawasan juga akan dilakukan pada 19 provinsi lainnya sehingga total luas lahan mencapai 35.000 ha dengan sumbangan produksi mencapai 250.000 ton jagung secara nasional.
Untuk mencapai target tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) turut memberikan peran strategis antara lain melalui penyediaan benih sumber jagung untuk gelar teknologi dan pemberdayaan penangkar di lokasi pengembangan Direktorat Budidaya Serealia (Ditbudser).
Peran lainnya berupa pengembangan kompetensi penangkar bersama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), menyediakan narasumber teknologi jagung pada pelatihan peneliti/penyuluh BPTP di provinsi, dan melakukan supervisi penerapan teknologi melalui kunjungan lapang serta memberikan saran pemecahan masalah pengamanan produksi.Kementerian Pertanian sendiri yang akan menyalurkan benih hibrida, pupuk, pengadaan mesin pengering serta membangun pabrik pakan mini.
Saya yakin betul peningkatan produksi jagung baru akan bisa berjalan optimal setelah perbaikan jaringan irigasi lahan pertanian. Karena yang penting memang airnya dulu. Infrastruktur diperbaiki, harapannya produksi jagung juga bisa naik.
Karena itu, Kementerian Pertanian menganggarkan Rp 15 triliun per tahun untuk membangun dan memperbaiki jaringan irigasi yang dimulai Januari 2015. Perbaikan jaringan irigasi ini sebagai faktor utama guna mendukung program swasembada pangan yang ditargetkan bisa dicapai tiga tahun. Secara total, Kementan menganggarkan Rp 50 triliun untuk memperbaiki 3,3 juta hektar saluran irigasi yang rusak selama tiga tahun. Dalam APBN-P 2015, tersedia dana untuk upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri. Itu melalui penambahan produksi setara 1 juta hektar (ha) lahan.
Kementerian Pertanian pun mengusulkan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk komoditas jagung sebesar Rp 3.145 per kilogram (kg). Dengan adanya HPP, petani diharapkan lebih bergairah untuk menanam jagung.
Sistem penambahan produksi jagung ini dilakukan dengan pembagian benih dan pupuk untuk penambahan kapasitas produksi. Ini adalah langkah pemerintah untuk peningkatan produksi dalam negeri. Program penambahan tanaman untuk peningkatan produksi jagung itu akan difokuskan di daerah-daerah sentra jagung dan industri pakan.
Kita tentu tidak dapat mengabaikan peran perguruan tinggi. Keterlibatan perguruan tinggi untuk menciptakan pertanian modern dengan membuat teknologi pertanian demi mendorong swasembada pangan. Karena, dengan pertanian yang modern, dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Kami menggandeng tiga perguruan tinggi untuk mewujudkan hal tersebut, yakni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Hassanudin (Unhas) Makassar.
Keterlibatan UGM untuk mengembangkan teknologi pertanian khususnya komoditas kedelai di dua provinsi, yakni Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sedangkan IPB untuk meningkatkan produktivitas padi hingga 12,5 ton per hektar.UGM mereka punya varietas kedelai yang produksinya bisa mencapai 3,5 ton per ha. IPB fokuspada peningkatan produksi padi sebanyak 12,5 ton per hektare.
Unhas Makassar memiliki keunggulan dan potensi varietas jagung yang cukup baik. Apabila dikembangkan, maka Indonesia dapat menambah produksi jagung yang cukup signifikan dengan kualitas yang baik.Jadi harus ada sinergi antara pemerintah, pengusaha, juga akademisi. Ketiga ini harus bergandeng bersama-sama untuk menuju swasembada pangan nasional,dalam hal ini:  jagung.
Kalau peningkatan produktivitas jagung kita baik,berarti kita tidak lagi memenuhi kebutuhan industri perjagungan bergantung dari jagung impor. Selama ini kitamasih mengimpor sekitar 3 juta ton jagung per tahun.Kita bertekad masalah impor jagung bisa terus terkurangi secara bertahap mulai tahun ini. Sehingga dalam waktu-waktu ke depan justru kita akan mengalami surplus jagung.Karena, tahun ini saja diperkirakan ada tambahan produksi sebanyak 6 juta ton pipilan kering.
SUMBER: http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/swasembada-jagung-pasti-bisa/

No comments:

apa yang anda cari ?