TUGAS
PENJAMINAN MUTU PERTANIAN
TENTANG
MUTU
BAHAN PANGAN
PERTEMUAN
3
Disusun
oleh :
S U N A R D I N
NIREM :
05.1.4.12.0393
KEMENTERIAN
PERTANIAN
BADAN
PENYULUHAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN
SEKOLAH
TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN ( STPP ) MAGELANG JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
2015
A. Pengertian Mutu Bahan Pangan
Ada enam sifat
mutu, yaitu dasar penilaian mutu; kepentingan (standarisasi, uji mutu,
sertifikasi, dan penggunaan produk); sifat subyektif (morfologi, fisik,
mekanik, kimiawi, mikrobiologi, fisiologik, dan anatomi); aspek penting (cacat,
pencemaran/pemalsuan, sanitasi); serta sanitasi (merupakan tiang mutu).
Faktor mutu
terbagi menjadi empat, yaitu asal daerah, varietas/ras, umur panen, dan faktor
pengolahan. Berdasarkan asal daerah, mutu terbagi lagi menjadi nama jenis, nama
mutu, serta kekhasan daerah (faktor iklim, produk primer dan produk olahan).
Berdasarkan varietas/ras dibedakan berdasarkan ciri-ciri khas, varietas
tanaman, ras hewan (ternak), sifat genetik dengan hibrida, dan sistem
sertifikasi ras/variasi. Hibrida adalah mengumpulkan beberapa sifat yang
diinginkan dan hanya berlaku pada generasi itu saja, sedangkan untuk generasi
selanjutnya sifatnya sudah hilang.
Umur panen juga
dibagi menjadi berdasarkan kepentingan, tanda-tanda tepat panen, tak kenal umur
panen, umur panen yang peka/kritis, serta berdasarkan mutu. Semakin panjang
umurnya, maka akan semakin bagus mutunya. Mutu setelah proses akan terus turun,
sehingga dicegah dengan berbagai hal sehingga mutunya tidak terlalu cepat
menurun. Berdasarkan faktor pengolahan dibedakan menjadi berdasarkan
pengertian, paten/rahasia, perubahan mutu dan pengeringan.
B. JENIS MUTU
Mutu sensorik
merupakan sifat produk /komoditas pangan yang diukur dengan proses pengindraan
menggunakan penglihatan (mata), penciuman (hidung), pencicipan (lidah),
perabaan (ujung jari tangan), dan pendengaran (telinga). Fungsi uji sensori
adalah sebagai alat pemeriksaan produk pangan, pengendalian proses, dan pengamatan
sifat mutu dalam penelitian.
Contoh pertanyaan
dalam quality control di industri pangan yang dijawab dengan analisis sensorik
adalah mengenai apakah spesifikasi target itu, apakah produk selaras dengan
spesifikasi target, variasi kualitas apakah yang diharapkan, apa variasi normal
pada setiap atribut, serta apakah terdapat perbedaan yang terlihat antara uji
dengan standar.
Beberapa parameter
penting mutu sensorik antara lain bentuk, ukuran, warna, tekstur, bau, dan
rasa. Kekhasan sifat sensorik adalah penggunaan manusia sebagai instrumen
pengukur. Dengan demikian hasil reaksinya bersifat fisikopsikologik dan
seringkali sulit dideskripsikan. Selain pengolahan informasi dalam uji ini pun
bersifat spesifik. Sifat mutu sensorik semata berisi sifat hedonik (suka –
tidak suka; enak/lezat – tidak enak) bersifat sangat subyektif dipengaruhi
latar belakang, tradisi, kebiasaan, pengalaman pendidikan, prestise, dan
lain-lain.
C. Sifat Fisik
Beberapa sifat
fisik penting dalam bahan pangan adalah berat jenis, titik beku, titik
gelatinisasi pati, bilangan penyabunan, dan indeks bias. Dengan kata lain sifat
fisik berhubungan dengan karakteristik bahan dan komponennya. Salah satu
karakter penting yang berhubungan dengan sifat fisik adalah sifat fungsional
dari bahan pangan atau komponennya.
Penanganan dan
pemilihan bahan pangan terkait dengan sortasi dan pengkelasan mutu (grading),
dengan memperhatikan kerusakan bahan pangan. Sortasi ditujukan untuk
mendapatkan atribut yang diinginkan (sistem operasi proses, keseragaman pindah
panas, berat bahan dan daya tarik produk), maka dalam prakteknya dapat
didasarkan atas berat, ukuran, bentuk dan warna. Grading merupakan penilaian
penerimaan bahan pangan secara menyeluruh, maka diperlukan operasi, faktor mutu
dan metode penanganan.
Bentuk penanganan
bahan makanan lainnya, yaitu
1.
pengecilan ukuran bahan pangan yang dapat dilakukan
dengan proses basah dan kering, serta menggunakan peralatan seperti crushing
rolls, penggiling palu, penggiling cakram, buhr mill, penggiling gulingan dan pemotong;
2.
pencampuran pada bahan pangan (proses membuat bentuk
seragam dari beberapa konstituen seperti padatan-cairan, padatan-padatan dan
cairan-gas);
3.
penyaringan (proses pemisahan padatan maupun cairan
dari komponennya melalui suatu sarana saringan yaitu media dan pembantu);
4.
pengolahan penggunakan panas (dapat berbentuk pemberian
maupun pengambilan panas dari bahan yang dapat merubah sifat fisik, kimia, dan
karakteristik penyimpanannya dimana mekanismenya dapat berupa konduksi,
konveksi dan radiasi yang diindikasikan oleh perubahan suhu yang dapat diukur
dengan derajat Celcius dan Fahrenheit, serta skala-skala absolut derajat
Kelvine dan Rankine;
5.
evaporasi (upaya pengurangan jumlah air dari bahan
mentah pada fase pengolahan pangan melalui tekanan pada suhu tertentu dengan
menggunakan pemanasan uap dari suatu ketel yang berbentuk oven kettle atau pan
evaporator, horizontal tube natural circulation evaporator, vertical natural
circulation evaporator, long tube vertical type evaporator, falling film type evaporator,
forced circulation type evaporator dan agitated film evaporator);
6.
pengeringan (proses dasar untuk pengawetan makanan yang
mudah rusak atau busuk pada kondisi penyimpanan sebelum digunakan atau
dikonsumsi, sehingga dapat menurunkan biaya dan mengurangi kesulitan dalam
pengemasan, penanganan, pengangkutan dan penyimpanan); dan
7.
pendinginan dan pembekuan (upaya pengaturan suhu untuk
keperluan pengawetan pangan dalam suhu rendah yang tidak mencapai titik beku
(5-10°C) dan melibatkan proses perubahan fase air dari cair menjadi padat
(-2°C)).
Informasi lengkap
tentang artikel ini dapat diperoleh pada buku Manajemen Industri Pangan
karangan Musa Hubeis yang diterbitkan oleh Penerbit Universitas Terbuka,
Jakarta pada tahun 2007. buku ini tersedia di perpustakaan dan toko buku atau
menghubungi penerbit di Kotak Pos 666 Jakarta 10001.
D. Pentingnya Mikroorganisme Pada Bahan
Makanan
1.
Adanya mikroorganisme, terutama jumlah dan macamnya,
dapat menentukan taraf mutu bahan makanan.
2.
Mereka dapat mengakibatkan kerusakan pada pangan.
3.
Beberapa diantaranya digunakan untuk membuat
produk-produk pangan khusus.
4.
Mikroorganisme digunakan sebagai makanan atau makanan
tambahan bagi manusia dan hewan.
5.
Beberapa penyakit dapat berasal dari makanan.
Kerusakan Pangan
oleh Mikroorganisme Kebanyakan bahan makanan merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan banyak macam Mikroorganisme. Pada keadaan fisik yang menguntungkan,
terutama pada kisaran suhu 7° - 60°C, organisme akan tumbuh dan menyebabkan
terjadinya perubahan dalam hal penampilan, rasa, bau, serta sifat-sifat lain
pada bahan makanan.
Beberapa
mikroorganisme membentuk pigmen yang mengubah warna makanan. Ada pula yang
dapat mensintetis polisakaride dan menghasilkan lender di dalam atau pada
makanan.
Tipe-tipe
Kerusakan Pangan (selain makanan kalengan)
1.
Roti: Tipe Kerusakannya Bulukan dan Menyerabut.
Mikroorganismenya Rhizopus Nigricans, Penicillium, Aspergillus Niger Bacillus
Subtilis.
2.
Sirop: Tipe Kerusakannya Menyerabut, Rasa Khamir, Merah
Muda, dan Bulukan. Mikroorganismenya Enterobacter Aerogenes Saccharimyces,
Zygosaccharomyces Micrococcus roseus Aspergillus, Penicillium.
3.
Buah-buahan dan sayuran segar: Tipe Kerusakannya Busuk
Lunak, Busuk Berkapang Kelabu, dan Busuk Berkapang Hitam. Mikroorganismenya
Rhizopus, Ereuinia Botrytis Aspergillus Niger.
4.
Acar, Sauerkraut: Tipe Kerusakannya Lapisan Khamir dan
Khamir Merah Muda. Mikroorganismenya Rhodoturula.
5.
Daging Segar: Tipe Kerusakannya Pembusukkan.
Mikroorganismenya Alcaligenes, Clostridium, Proteus Vulgaris, Pseudomonas, Fluorescens.
6.
Daging yang Diawetkan: Tipe Kerusakannya Bulukan, Rasa
Asam, Hijau, dan Berlendir. Mikroorganismenya Aspergillus, Rhizopus,
Penicillium Micrococcus, Pseudomonas Lactobacillus, Leuconostoc.
7.
Ikan: Tipe Kerusakannya Berubah Warna dan Pembusukkan.
Mikroorganismenya Pseudomonas Alcaligenes, Flavobacterium.
8.
Telur: Tipe Kerusakannya Busuk Hijau, Busuk Tak
Berwarna, dan Busuk Hitam. Mikroorganismenya Pseudomonas, Fluorescens
Pseudomonas, Alcaligenes Proteus.
9.
Air Jeruk Pekat: Tipe Kerusakannya Rasa Tidak Enak.
Mikroorganismenya Lactobacillus, Leuconostoc, Acetobacte.
10.Daging Unggas: Tipe Kerusakannya
Berlendir dan bau. Mikroorganismenya Pseudomonas, Alcaligene.
E. Hubungannya dengan Sanitasi Higiene
Makanan basi atau
terkontaminasi tak asing lagi ada campur tangan mikroorganisme di dalamnya.
Banyak cara yang dilakukan oleh manusia untuk mencegahnya, salah satunya dengan
pengawetan. Pengawetan makanan yang umumnya digunakan adalah memasak atau
memanaskan makanan tersebut agar mikroorganisme yang ada di dalamnya mati,
selain itu dengan pemberian garam dengan konsentrasi tinggi misalnya saja pada
ikan atau daging, penggunaan radiasi juga efektif untuk beberapa jenis makanan.
Metode pengawetan makanan yang tidak mematikan mikroorganisme tetapi mencegah
pertumbuhannya mencakup pembekuan dan pengeringan.
Makanan basi
sebenarnya tidak menjadi masalah bagi kita jika tidak dikonsumsi, atau ada juga
sebagian dari kita tidak sadar bahwa makanan itu sudah tidak layak lagi dimakan
tapi tetap dimakan, akhirnya menyebabkan timbul berbagai macam penyakit, diare
contohnya. Bahkan tidak jarang banyak berakibat fatal alias kematian. Bagi para
akhwat khususnya yang sudah berkeluarga perlu sekali mengetahui hal ini. Demi menjaga
kesehatan keluarga, kita harus teliti benar dalam soal makanan. Makanan jajanan
atau pinggir jalan sebaiknya tidak dikonsumsi karena selain higienisitas
makanan tidak terjamin juga banyak menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
Rasanya kita perlu tahu apa saja yang menyebabkan makanan menjadi basi/rusak,
lalu bagaimana pengendalian serta pencegahannya jika sudah terjadi.
No comments:
Post a Comment