MAKALAH TANAH DAN PEMUPUKAN PUPUK HAYATI MIKORIZA
MAKALAH
TANAH
DAN PEMUPUKAN
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR
PADA TANAMAN
DI
SUSUN OLEH :
FAHRIZAL NOOR
NIREM :
05.1.4.12.0374
SEKOLAH
TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) MAGELANG
JURUSAN
PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN
2012
MAKALAH
PEMANFAATAN PUPUK HAYATI CENDAWAN MIKORIZA ARBUSKULAR
PADA TANAMAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penggunaan pupuk buatan secara
terus-menerus
dapat
menyebabkan pencemaran sumber-sumber air yang berarti penurunan kualitas lingkungan.
Pupuk buatan yang digunakan selama
ini adalah menyebabkan rusaknya struktur tanah akibat pemakaian pupuk buatan
yang terus menerus sehingga perkembangan akar tanaman menjadi tidak sempurna.
Hal ini juga akan memberi dampak terhadap produksi tanaman yang diusahakan pada
tanah yang biasa diberikan pupuk buatan. Begitu juga dari efek sarana produksi
terhadap lingkungan telah banyak dirasakan oleh masyarakat petani, penggunaan
pupuk buatan yang terus menerus menyebabkan ketergantungan dan lahan mereka
menjadi lebih sukar untuk diolah. Oleh sebab itu perlu di cari suatu alternatif yang dapat menghemat atau mengurangi penggunaan
pupuk buatan. Salah satu cara untuk menggantikan sebagian atau seluruh fungsi
pupuk buatan tersebut adalah dengan memanfatkan pupuk hayati berupa Cendawan Mikoriza
Arbuskular (CMA).
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa CMA
mampu meningkatkan serapan hara, baik hara makro maupun hara mikro, sehingga
penggunaan CMA dapat dijadikan sebagai alat biologis untuk mengurangi dan mengefisienkan
penggunaan pupuk buatan. De La Cruz (1981) dalamKhairil membuktikan bahwa CMA
mampu menggantikan kira-kira 50% penggunaan fosfat, 40% nitrogen dan 25%
kalium. Meningkatnya efisien pemupukan dengan adanya CMA di akar tanaman,
karena CMA dapat memperpanjang dan memperluas jangkauan akar terhadap
penyerapan unsur hara, maka serapan hara tanamanpun meningkat sehingga hasil
tanaman juga akan meningkat. Selain itu, menurut Subiksa (2002)
dalam Khairl pemanfaatan CMA juga diyakini mampu memperbaiki kondisi tanah.
Rehabilitasi lahan kritis dapat dilakukan dengan tanaman bermikoriza, baik
untuk tanaman pangan, perkebunan, penghijauan maupun hutan tanaman industri.
Berdasarkan latar belakang tersebut akan kami kaji lebih lanjut dalam makalah yang berjudul Pemanfaatan Pupuk Hayati Cendawan Mikoriza Arbuskular Pada Tanaman berikut ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah
diatas, maka rumusan masalah yang dapat kami susun adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana cara
kerja cendawan mikoriza arbuskular ?
2.
Bagaimana manfaat cendaawan mikoriza arbuskular terhadap tanaman
?
C.
Tujuan
Dalam rumusan masalah di atas
terdapat beberapa tujuan dan manfaat diantaranya:
1.
Untuk mengetahui
bagaimana cara kerja cendawan mikoriza arbuskular ?
2.
Untuk mengetahui
bagaimana manfaat
cendaawan mikoriza arbuskular terhadap tanaman ?
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cendawan Mikoriza Arbuskular (CMA) merupakan
asosiasi antara cendawan tertentu dengan akar tanaman dengan membentuk jalinan
interaksi yang komplek. Mikoriza berasal dari
karta miko (mykes= cendawan) dan rhiza yang berarti akar. Mikoriza dikenal
dengan jamur tanah karena habitatnya berada di dalam tanah dan berada di area
perakaran tanaman (rizosfer). Selain disebut sebagai jamur tanah juga biasa
dikatakan sebagai jamur akar. Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuannya
dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara Phosphates
(P) (Syib’li, 2008) dalam Khairil. Mikoriza merupakan suatu bentuk hubungan
simbiosis mutualistik antar cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun
tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. infeksi ini antara
lain berupa pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Dilain
pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (karbohidrat dan
keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inang.
B. Cara kerja
Cendawan Mikoriza Arbiskular
Berdasarkan struktur dan cara cendawan
menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokkam ke dalam tiga tipe :
1. Ektomikoriza
2. Ektendomikoriza
3. Endomikoriza
Ektomikoriza mempunyai sifat antara
lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut akar tidak ada,
hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif dalam menyerap
unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya berkembang diantara
dinding-dinding sel jarinagan korteks membentuk struktur seperrti pada jaringan
Hartiq.
Ektendomikoriza merupakan bentuk antara
(intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara lain adanya
selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat menginfeksi dinding
sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya terbatas dalam
tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoiza tipe ini sangat
terbatas.
Endomokoriza mempunyai sifat-sifat antar lain akar yang kena
infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada permukaan akar tipis, hifa masuk ke
dalam individu sel jaringan koretks, adanya bentukan khusus yang berbentuk oval
yang disebut Vasiculae (vesikel) dan
sistem percabangan hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul) (Brundrett, 2004)
Cendawan CMA membentuk organ-organ khusus dan mempunyai perakaran
ynag spsipik. Organ khusus tersebut adalah arbuskuk (arbuscule), vesikel
(vesicle) dan spora. Berikut ini dijelaskan sepintas lalu mengenai struktur dan
fungsi dari organ tersebut serta penjelasan lain (Pattimahu,
2004).
1. Vesikel
(Vesicle)
Vesikel
merupakan struktur cendawan yang berasal dari pembengkakan hifa internal secara
terminal dan interkalar, kebanyakan berbentuk bulat telur, dan berisi banyak
senyawa lemak sehingga merupakan organ penyimpanan cadangan makanan dan pada
kondisi tertentu dapat berperan sebagai spora atau alat untuk mempertahankan
kehidupan cendawan. Tipe CMA vesikel memiliki fungsi yang paling menonjol dari
tipe cendawan mikoriza lainnya. Hal ini dimungkinkan karena kemampuannya dalam
berasosiasi dengan hampir 90 % jenis tanaman, sehingga dapat digunakan secara
luas untuk meningkatkan probabilitas tanaman (Pattimahu, 2004).
2.
Arbuskul
Cendawan
ini dalam akar membentuk struktur khusus yang disebut arbuskular. Arbuskula
merupakan hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan dikotomi yang
berulang-ulang sehingga menyerupai pohon dari dalam sel inang (Pattimahu,
2004).
Arbuskul
merupakan percabangaan dari hifa masuk kedalam sel tanaman inang. Masuknya hara
ini ke dalam sel tanaman inang diikuti ole peningkatan sitoplasma, pembentukan
organ baru, penbengkokan inti sel, peningkatan resrpurasi dan aktivitas emzim.
Hifa intraseluler yang
telah mencapaisel korteks yang lebih dalam letaknya akan menebus dinding sel
dan mambentuk sistem percabangan hifa yang kompleks, taampak seperti pohon
kecil yang mempunyai cabang-cabang yang dibenamakan Arbuskul. Arbuskul dianggap
hara dua arah antara simbion cendawan dan tanaman inang.
Mosse dan Hepper (1975)
mengamati bahwa struktur yang dibentuk pada akar-akar muda adalah Arbuskul.
Dengan bertambahnya umur, Arbuskul ini berubah menjadi suatu struktur yang
menggumpal dan cabang-cabang pada Arbuskul lama kelamaan tidak dapat dibedakan
lagi. Pada akar yang telah dikolonisasi oleh CMA dapat dilihat berbagi Arbuskul
dewasa yang dibentuk berdasarkan umur dan letaknyaa. Arbuskul dewasa terletak
dekat pada sumber unit kolonisasi tersebut.
3.
Spora
Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal. Spora ini
dapat dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung
pada jenis cendawannya.
Perkecanbahan spora sangat sensitif tergantung kandungan logam berat di dalam tanah dan juga kandungan Al. kandungan Mn juga mempengaruhi pertumbuhan miselium. Spora dapat hidup di dalam tanah beberapa bulan sampai sekarang beberapa tahun. Namun untuk perkembangan CMA memerlukan tanaman inang. Spora dapat disimpan dalam waktu yang lama sebelum digunakan lagi (Mosse, 1981).
C. Manfaat
Cendawan Mikoriza Arbuskular terhadap tanaman
Cendawan mikoriza arbuskular memiliki manfaat antara
lain :
1.
Peningkatan
penyerapan Unsur Hara
Tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari
tanaman tanpa bermikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat
meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro. Selain
daripada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk
terikat dan yang tidak tersedia bagi tanaman (Anas, 1997).
Selain daripada
membentuk hifa internal, mikoriza juga membentuk hifa ekternal. Pada hifa ekternal akan
terbentuk spora, yang merupakan bagian penting bagi mikoriza yang berada diluar
akar. Fungsi utama dari hifa ini adalah untuk
menyerap fospor dalam tanah. Fospor yang telah diserap oleh hifa ekternal, akan
segera dirubah manjadi senyawa polifosfat. Senyawa polifosfat ini
kemudian dipindahkan ke dalam hifa internal dan arbuskul. Di dalam arbuskul.
Senyawa polifosfat ini kemudian dipindahkan ke dalam hifa internal dan
arbuskul. Di dalam arbuskul senyawa polifosfat dipecah menjadi posfat organik
yang kemudian dilepaskan ke sel tanaman inang. Dengan adanya hifa ekternal ini
penyerapan hara terutama posfor menjadi besar dibanding dengan tanaman yang
tidak terinfeksi dengan mikoriza. Peningkatan serafan posfor juga disebabkan
oleh makin meluasnya daerah penyerapan, dan kemampuan untuk mengeluarkan suatu
enzim yang diserap oleh tanaman. Perbaikan pertumbuhan tanaman karena mikoriza
bergantung pada jumlah fosfor yang tersedia di dalam tanah dan jenis
tanamannya. Pengaruh yang mencolok dari mikoriza sering terjadi pada tanah yang
kekurangan fosfor.
Efisiensi pemupukan P sangat jelas meningkat
dengan penggunaan mikoriza. Hasil penelitian Mosse (1981) menunjukkan bahwa
tanpa pemupukan. TSP produksi singkong pada tanaman yang tidak bermikoriza
kurang dari 2 g, sedangkan ditambahkan TSP pada takaran setara dengan 400-kg
P/ha, masih belum ada peningkatan hasil singkong pada perlakuan tanpa mikoriza.
Hasil baru meningkat bila 800 kg P/ha ditambahkan. Pada tanaman yang diinfeksi
mikoriza,penambahan TSP setara dengan 200 kg P/ha saja telah cukup meningkatkan
hasil hampir 5 g. penambahan pupuk selanjutnya tidak begitu nyata meningkatkan
hasil.
2. Peningkatan Ketahanan terhadap Kekeringan
Tanaman yang bermikoriza lebih tahan terhadap
kekeringan dari pada yang tidak bermikoriza. Rusaknya jaringan korteks akibat
kekeringan dan matinya akar tidak akan permanen pengaruhnya pada akar yang
bermikoriza. Setelah periode kekurangan air (water stress), akar
yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa
cendawan mampu menyerap air yang ada pada pori-pori tanah saat akar tanaman
tidak mampu lagi menyerap air. Penyebaran hifa yang sangat luas di dalam tanah
menyebabkan jumlah air yang diambil meningkat (Anas, 1997).
3. Lebih Tahan terhadap Serangan Patogen Akar
Terbungkusnya permukaan akar oleh mikoriza
menyebabkan akar terhindar dari serangan hama dan penyakit. Infeksi patogen
akar terhambat. Tambahan lagi mikoriza menggunakan semua kelebihan karbohidrat
dan eksudat akar lainnya, sehingga tercipta lingkungan yang tidak cocok bagi
patogen. Dilain pihak, cendawan mikoriza ada yang dapat meleaskan antibiotik
yang dapat mematikan patogen (Anas,1997).
Mikoriza sangat mengurangi perkembangan penyakit
busuk akar yang disebabkan oleh Phytopthora cenamoni. Demikian pula
mikoriza telah dilaporkan dapat mengurangi serangan nematode.
Jika terhadap jasad renik berguna, CMA
memberikan sumbangan yang menguntungkan, sebaliknya terhadap jasad renik
penyebab penyakit CMA justru berperan sebagai pengendali hayati yang aktif
terutama terhadap serangan patogen akar (Huang et al., 1993). Interaksi
sebenarnya antara CMA, patogen akar, dan inang cukup kompleks dan kemampuan CMA
dalam melindungi tanaman terhadap serangan patogen tergantung spesies, atau
strain cendawan CMA dan tanaman yang terserang (Mosse, 1981).
4. Produksi
Hormon dan zat Pengatur Tumbuh
Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa
cendawan mikoriza dapat menghasilkan hormon seperti, sitokinin dan giberalin.
Zat pengatur tumbuh seperti vitamin juga pernah dilaporkan sebagai hasil
metabolisme cendawan mikoriza (Anas, 1997).
5. Manfaat Tambahan dari Mikoriza
Penggunaan inokulum yang tepat dapat
menggantikan sebagian kebutuhan pupuk. Sebagai contoh mikoriza dapat
menggantikan kira-kira 50% kebutuhan fosfor, 40% kebutuhan nitrogen, dan 25%
kebutuhan kalium untuk tanaman lamtoro
Penggunaan mikoriza lebih menarik ditinjau dari
segi ekologi karena aman dipakai, tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Bila
mikoriza tertentu telah berkembang dengan baik di suatu tanah, maka manfaatnya
akan diperoleh untuk selamanya. Mikoriza juga membantu
tanaman untuk beradaptasi pada pH yang rendah. Demikian pula vigor
tanaman bermikoriza yang baru dipindahkan kelapang lebih baik dari yang tanpa
mikoriza
Mikoriza selain dari
segi fisik dengan adanya hifa eksternal mikoriza banyak mengandung logam berat,
dan daerah tambang memberikan harapan tersendiri untuk digunakan pada proyek
rehabilitasi/reklamasi daerah bekas tambang. Bahkan ada mikoroza yang
menginfeksi tanaman yang tumbuh di dalam air.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Cara kerja
cendawan mikoriza arbuskular
Berdasarkan struktur dan
cara cendawan menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokkam ke dalam tiga tipe
:
a.
Ektomikoriza
b.
Ektendomikoriza
c.
Endomikoriza
Ektomikoriza mempunyai
sifat antara lain akar yang kena infeksi membesar, bercabang, rambut-rambut
akar tidak ada, hifa menjorok ke luar dan berfungsi sebagi alat yang efektif
dalam menyerap unsur hara dan air, hifa tidak masuk ke dalam sel tetapi hanya
berkembang diantara dinding-dinding sel jarinagan korteks membentuk struktur
seperrti pada jaringan Hartiq.
Ektendomikoriza
merupakan
bentuk antara (intermediet) kedua mikoriza yang lain. Ciri-cirinya antara
lain adanya selubung akar yang tipis berupa jaringan Hartiq, hifa dapat
menginfeksi dinding sel korteks dan juga sel-sel korteknya. Penyebarannya
terbatas dalam tanah-tanah hutan sehingga pengetahuan tentang mikoiza tipe ini
sangat terbatas.
Endomokoriza mempunyai sifat-sifat
antar lain akar yang kena infeksi tidak membesar, lapisan hifa pada permukaan
akar tipis, hifa masuk ke dalam individu sel jaringan koretks, adanya bentukan
khusus yang berbentuk oval yang disebut Vasiculae (vesikel) dan sistem percabangan
hifa yang dichotomous disebut arbuscules (arbuskul)
2.
Manfaat
cendaawan mikoriza arbuskular terhadap tanaman
CMA dapat digunakan secara
efektif dalam mengurangi penggunaan pupuk buatan yang merupakan sumberdaya alam
tak terbaharukan. Pertumbuhan tanaman meningkat dengan adanya CMA karena
meningkatkan serapan hara, ketahanan terhadap kekeringan, produksi hormon
pertumbuhan dan zat pengatur tumbuh, perlindungan dari patogen akar dan unsur
toksik. Sehingga penggunaan pupuk hayati dari CMA merupakan alternatif terbaik
untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi hasil pertanian.
B.
Saran
Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran masih kami
harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang
Yogyakarta, November 2012
Penyusun,
Fahrizal
Noor
DAFTAR PUSTAKA
A Muawin, Heru. 2008. Faktor Lingkungan dalam Pertumbuhan Tanaman. http://herumuawin.multiply.com.
Khairul, U.
2001. Pemanfaatan bioteknologi untuk meningkatkan produksi pertanian. http://wwwrudyet.250x.com/sem/112/vkhairul.htm.
No comments:
Post a Comment