MAKALAH ILMU
ALAMIAH DASAR
TENTANG
TEKNOLOGI
TANAMAN TRANSGENIK
Disusun oleh :
KELOMPOK
II
Arifson
Yondang
Dwi
Indarto
Fahrizal
Noor
Herlinda
Lenggu
Zainal
Nifu
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP)
MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN DI YOGYAKARTA
TAHUN 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemulia tanaman telah membuat suatu
kemajuan yang spektakuler dalam perbaikan berbagai spesies tanaman selama 70
tahun terakhir. Padi, gandum dan jagung adalah contoh tanaman yang mampu
ditingkatkan hasilnya hingga kurang lebih 50 % selama periode 1930 sampai 1975
yang diperoleh melalui penggunaan varietas unggul, penggunaan pupuk, dan
pengelolaan tanaman secara lebih efisien. Sebagian besar
rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia
yang semakin meningkat dan juga permasalahan kekurangan gizi manusia
sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari pemuliaan tanaman. Hadirnya
tanaman transgenik menimbulkan kontroversi masyarakat dunia karena sebagian
masyarakat khawatir apabila tanaman tersebut akan mengganggu keseimbangan
lingkungan (ekologi), membahayakan
kesehatan manusia, dan
memengaruhi perekonomian global.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar
belakang yang dikemukakan sebelumnya maka masalah yang akan dirumuskan dalam
makalah ini adalah:
1. Apa tujuan
dari teknologi tanaman transgenik ?
2. Bagaimana
teknologi tanaman transgenik ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini dibuat adalah sebagai berikut :
1. Untuk
memenuhi apa tujuan dari teknologi tanaman transgenik
2. Untuk mengetahui
bagaimana teknologi tanaman transgenic
1.4 Kajian Pustaka
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah
disisipi atau memiliki gen asing dari spesies tanaman yang
berbeda atau makhluk
hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini bertujuan untuk
mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya pembuatan
tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap organisme pengganggu tanaman, serta
kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman alami.
Usaha
memindahkan tanaman tanaman liar yang ada di hutan untuk kemudian dibudidayakan
secara besarbesaran, dilakukan secara parallel dengan seleksi jenis tanaman
yang lebih memenuhi kebutuhan-nya, seperti produksinya tinggi, mempunyai rasa
yang lebih enak, lebih mudah dipelihara, serta tidak mudah terserang hama dan
penyakit. Untuk mencapai tujuan ini, dihasil-kan tanamantanaman baru hasil
persilangan antara tanaman-tanaman unggul, dimana mulai pertama kali dikenal
istilah pemuliaan tanaman (Suryowinoto, 1996 dalam Dwi, 2007).
BAB II
METODE
PENELITIAN
Makalah ini merupakan
kajian pustaka dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitataif yang
disusun berdasarkan literatur sumber tulisan berupa buku, jurnal dan artkel
tentang teknologi tanaman transgenik.
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1 HASIL
3.1.1 Tujuan
Pengembangan Teknologi Tanaman Transgenik
Sampai saat ini sekitar seratus varietas tanaman transgenik
yang telah disetujui untuk diuji cobakan atau ditanam. Tanaman tersebut
dirancang untuk mendapatkan serangkaian sifat yang lebih unggul daripada tanaman
konvensional. Beberapa sifat tanaman transgenik yang penting adalah:
a.
Meningkatkan
toleransi terhadap zat kimia
Tanaman
transgenik yang paling populer adalah yang tahan terhadap herbisida. Budidaya
dengan menggunakan tanaman yang tahan terhadap herbisida memungkinkan petani
untuk mengendalikan gulma secara efektif. Tanaman transgenik yang paling banyak
ditanam adalah kedelai Roundup Ready produk Monsanto, yaitu varietas kedelai
yang tahan terhadap herbisida dengan merek Roundup (CSU, 2004).
b.
Meningkatkan
ketahanan terhadap hama
Tanaman
transgenik yang tahan hama menawarkan beberapa keuntungan antara lain adalah:
1) Kebutuhan
akan insektisida, tenaga kerja dan peralatan berkurang karena jaringan tanaman
tersebut kebal terhadap hama.
2) Seluruh
tanaman terlindungi, termasuk bagian bagian tanaman seperti akar yangtidak
tersentuh semprotan pestisida.
3) Serangga
yang merupakan hama terkena dampak tetapi serangga yang menguntungkan tidak
mati.
4) Pestisida
berada di dalam tanaman, sehingga mencegah pencemaran tanah dan air tanah oleh
herbisida.
c.
Memperlambat
pematangan
Tanaman
yang berhasil ditunda proses pematangan buahnya adalah tomat FlavrSavr (CSU,
2004). Keunggulan dari tomat ini selain lambat pematangannya juga proses
pengolahannya menjadi pasta tomat lebih sederhana sehingga dapat mengurangi
limbah dan penggunaan energi.
d.
Meningkatkan
nilai gizi pangan
Beberapa
tanaman yang nilai gizinya dapat ditingkatkan adalah padi yang dimanipulasi
untuk memproduksi beta karoten yang menghasilkan vitamin A, kedelai dengan
kadar asam lemak tak jenuh yang lebih rendah, buah strawberi yang lebih manis,
dan meningkatkan zat tepung dalam kentang serta jagung agar lebih baik
kualitasnya untuk dibuat keripik (CSU, 2004).
e.
Mengambil
nitrogen dari udara
Beberapa
tanaman seperti kedelai, alfalfa dan jenis kacang-kacangan lainnya memiliki
kemampuan untuk memfiksasi nitrogen langsung dari udara dengan bantuan bakteri Rhizobium
yang terdapat dalam bintil akar tanaman (Hurtado, 2005). Para ilmuwan
menggunakan teknik DNA rekombinan untuk memindahkan gen yang mempunyai
kemampuan untuk memfiksasi nitrogen ke spesies tanaman yang tidak memiliki
kemampuan tersebut. Teknik DNA rekombinan juga digunakan untuk merekayasa
mikroba tanah agar dapat memfiksasi nitrogen.
f.
Menyesuaikan
tanaman terhadap lingkungan buruk
Bakteri
Psedomonas telah berhasil digunakan untuk melindungi tanaman dari cuaca
dingin, begitu pula dengan beberapa jenis tanaman seperti padi, melon, tomat
dan jewawut juga berhasil direkayasa untuk menyesuaikan diri terhadap kadar
garam tinggi dengan menggunaka gen dari ragi (Hurtado, 2005).
g.
Mendiagnosis
dan mengobati penyakit
Ilmuwan
telah mengembangkan penyelidikan gen yang sangat khusus untuk mendeteksi virus,
bakteri dan jamur yang menyerang tanaman. Metode tersebut juga digunakan untuk
menyeleksi tanaman yang bebas penyakit untuk keperluaan pemuliaan tanaman.
Beberapa
vaksin transgenik untuk mengatasi penyakit hewan sudah beredar di pasaran
seperti vaksin untuk mencegah diare pada babi, penyakit kuku dan mulut pada
ternak, leukimia pada kucing dan vaksin untuk burung (Hurtado, 2005).
h.
Meningkatkan
kualitas bahan untuk pangan olahan
Enzim
transgenik telah digunakan pada sejumlah besar produk seperti keju, minuman,
sereal, roti dan lainnya. Chymosin merupakan enzim transgenik yang
digunakan untuk menghasilkan keju. Penggunaan Chymosin transgenik lebih
menguntungkan bagi produsen keju sehingga enzim tersebut banyak digunakan oleh
produsen keju keras di Inggris (Hurtado, 2005).
3.1.2 Teknologi
Tanaman Transgenik
Untuk membuat
suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian
gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang
diinginkan dapat diambil dari tanaman
lain, hewan, cendawan,
atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka
dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen. Pada
tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian, vektor kloning akan
dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan
perkembangbiakan bakteri
tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup
maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang
berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium
tumefaciens,
dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan
listrik).
Beberapa
produk yang dihasilkan dari tanaman transgenik yang berasal dari Genetically
Modified Organism (GMO) atau Organisme yang telah direkayasa, dimanipulasi
atau dimodifikasi yang diproduksi oleh beberapa perusahaan bioteknologi telah
dikonsultasikan dengan FDA (Food and Drug Administration, badan
pengawas obat dan pangan Amerika Serikat).
Beberapa tanaman
transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam sifat unggul,
yaitu tahan hama, tahan herbisida,
dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.Tanaman jagung dan kapas transgenik
dengan sifat tahan hama telah diproduksi secara massal dan dipasarkan di dunia Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen
penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus
thuringiensis.
Sejak tahun 1996, Monsanto,
salah satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah menjual benih
kapas transgenik dengan merek dagang
"Bollgard". Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".
Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah diproduksi oleh
Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek "Flavr Savr".
Beberapa tanaman hasil rekayasa genetik yang
telah dilakukan uji lokasi di Indonesia antara lain adalah tembakau, kacang
tanah dan cabai CP yang tahan virus, kentang Bt yang tahan serangga, padi BTCry
1 AB yang tahan serangga, padi Chitinase yang tahan terhadap nematoda dan
cendawan (Hurtado, 2005).
Selain
tanaman di atas beberapa jenis tanaman transgenik yang dihasilkan oleh peneliti
di Indonesia antara lain adalah pepaya yang tahan ringspot virus, kentang
Chitinase yang tahan terhadap nematoda dan cendawan, tebu Bt yang tahan
serangga, tebu Fitase E. coli yang mempunyai kadar gula/rendemen tinggi,
kakao Bt yang tahan penggerek buah, kopi chitinase yang tahan penyakit karat (Hurtado,
2005).
3.2 PEMBAHASAN
3.2.1 Tujuan
Pengembangan Teknologi Tanaman Transgenik
Tujuan dari teknologi
tanaman transgenik adalah untuk mendapatkan serangkaian sifat
yang lebih unggul daripada tanaman konvensional
Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk
menghasilkan tiga macam sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang
dihasilkan tidak mudah busuk.
3.2.2 Teknologi
Tanaman Transgenik
Pada tahun 1999, Indonesia pernah melakukan uji coba
penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan. Uji coba itu
dilakukan oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas
transgenik Bt dari Monsanto. Hal itu
mendatangkan banyak protes dari berbagai LSM sehingga pada
bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal
dibuka. Pada tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan
dengan melibatkan petani kapas dan ahli dalam
dan luar negeri. Kasus tersebut berlangsung dengan pelik hingga pada Desember
2003, pemerintah Indonesia menghentikan komersialisasi kapas transgenik. Suatu
studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dilakukan pada tahun
2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa. Hasil studi
tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik lebih menguntungkan secara
finansial dibandingkan kapas
nontransgenik.
Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki
padi dan jagung transgenik
pada tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melakukan impor beras dan
jagung.[51] Menurut Dr.
Ir. Sutrisno, Kepala Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah
melakukan penelitian di bidang rekayasa genetika tanaman yang seimbang
bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai
agak tertinggal. Melalui BB-Biogen, berbagai riset tanaman
transgenik yang meliputi padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus
dilakukan oleh Indonesia. Pada tahun 2010, sebanyak 50% dari kedelai impor yang digunakan
di Indonesia merupakan produk transgenik yang di antaranya didatangkan dari Amerika Serikat. Hal ini
menyebabkan sebagian besar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat
dari tanaman transgenik.
Untuk mengatur
keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik,
Menteri
Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan
Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.
Keputusan tentang "Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian
Hasil Rekayasa Genetika Tanaman" No.998.I/Kpts/OT.210/9/99;
790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut
mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya
juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik agar tidak merugikan,
mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman
hayati, dan lingkungan.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
a. Tujuan dari teknologi tanaman transgenik adalah untuk
mendapatkan serangkaian sifat yang lebih unggul daripada tanaman konvensional
b. Teknologi tanaman transgenik merupakan Seleksi genetik
untuk pemuliaan
tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) dengan tujuan untuk mendapatkan
tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan.
4.2 SARAN
Penerapan secara nyata Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan
Hortikultura tahun 1999 No.998.I/Kpts/OT.210/9/99;790.a/Kptrs-IX/1999;
1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 yang mengatur dan
mengawasi keamanan hayati dan pangan dalam pemanfaatan
produk tanaman transgenik agar tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan
kesehatan manusia, keanekaragaman
hayati, dan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Amirhusin, Bahagiawati. 2004. Perakitan Tanaman
Transgenik Tahan Hama, Jurnal Litbang
Pertanian. 23(1):1-7.
Andreas, Dwi santoso. 2000. Analisis Resiko
Lingkungan Tanaman Transgenik, Jurnal of
soll sciences and Environment. 3(2) : 32-36.
Dinar, A ambarwati, M.Herman, Agus Purwito, Eri
Sofiari, Hajrial Aswidinnoor. 2011. Perpindahan Gen dari Tanaman Kentang
Transgenik Katahdin RB ke Tanaman Kentang Non Transgenik, Jurnal Biologi Indonesi., 7(2) : 277-287.
Dwi, Ellok Sulichantini. 2007. Tanaman Dan Pangan
Transgenik di Sekitar Kita, Jurnal
Teknologi Pertanian Universitas Mulawarman. 2(2) : 38-43.
Hurtado ME (2005) GM Foods: The Fact and the
Fiction. Alih bahasa: Jhamtani H (ed). Pangan Hasil Rekayasa Genetik antara
Fakta dan Fiksi. YLKI, Jakarta.
Usyanti, N, Damayanti Buchori, Syafrida Manuwoto,
Purnama Hidayat, Inez H, slamet Loedin. 2008. Keefektivan Padi Transgenik
Terhadap Hama Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas (Walker)
(Lepidoptera : Crambidae). Jurnal entomol
Indon. 6(1) : 30-41.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanaman_transgenik. Diakses pada 12 November 2013
No comments:
Post a Comment