LAPORAN PRAKTEK KERJA PKL III
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
(PKL) III OUT CAMPUS
EVALUASI HASIL KEGIATAN PENYULUHAN
TENTANG
SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO
DI DESA MALANGREJO
KECAMATAN BANYUURIP KABUPATEN
PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH
Disusun Oleh
:
SUNARDIN
NIREM : 05.1.4.12.0393
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP)
MAGELANG
JURUSAN PENYULUHAN
PERTANIAN DI
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga pembuatan Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) III Out Campuss
(Praktek Kompetensi Penyuluh Pertanian Penyelia) di desa Malangrejo kecamatan Banyuurip
kabupaten Purworejo dapat diselesaikan. Laporan kegiatan ini merupakan
bentuk pertanggungjawaban penulis terhadap Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian
(STPP) Magelang Jurusan Penyuluhan
Pertanian di Yogyakarta. sebagai syarat ke semester 7.
Pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.
Bapak Drs. Gunawan Yulianto, MM, MSi, selaku Ketua
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang.
2.
Bapak Dr.Ir.Sujono,MP, selaku Ketua Jurusan Penyuluhan
Pertanian di Yogyakarta Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang.
3.
Ibu Ir. Nani Tri Iswardayati, MM.MSi dan Ibu Dr. Rr. Siti Astuti SP.MSc selaku Dosen Pembimbing Internal I dan II
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Magelang Jurusan Penyuluhan
Pertanian di Yogyakarta.
4.
Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) III ini.
Semoga Laporan PKL III ini, dapat memberikan manfaat dalam upaya
pengembangan sumberdaya manusia di bidang pertanian.
Yogyakarta,
30 Juni 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................
|
i
|
|
DAFTAR ISI
...............................................................................................
|
ii
|
|
DAFTAR TABEL
.......................................................................................
|
iii
|
|
DAFTAR
LAMPIRAN …………………………………………………...
|
iv
|
|
I.
|
PENDAHULUAN ..........................................................................
|
1
|
|
A. Latar Belakang
............................................................................
B. Tujuan ........................................................................................
C. Manfaat .....................................................................................
|
1
2
3
|
II.
|
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................
|
3
|
|
A. Pengertian Sistem
Tanam Jajar legowo.........................................
|
4
|
|
Teknik Tanam…………………………………………………..
|
5
|
|
B.
Pelaksanaan sistem tanam Jajar legowo di
Purworejo.................
|
5
|
|
C.
Evaluasi.......................................................................................
|
8
|
|
1.
Menetapkan Tujuan
Evaluasi................................................
|
8
|
|
2.
Memilih Metode
Evaluasi.....................................................
|
9
|
|
3.
Mempersiapkan Instrumen
Evaluasi......................................
|
12
|
|
4.
Menetapkan Sampel Sesuai Tujuan
Evaluasi.........................
|
14
|
|
5.
Merekap Dan Mentabulasi
Data............................................
|
14
|
|
6.
Analisis Data Yang Dikumpulkan.........................................
|
16
|
|
7.
Menetapkan Hasil
Evaluasi...................................................
|
17
|
|
8.
Menyusun Laporan Hasil
Evaluasi........................................
|
17
|
III.
|
METODA PELAKSANAAN …....................................................
|
20
|
|
A. Waktu dan Tempat
...................................................................
|
20
|
|
B. Jenis
Data...........................................................................
|
20
|
|
C. Teknik Pengumpulan Data……………………………………..
|
20
|
|
D.
Subyek
Evaluasi…………………………………………………
|
21
|
|
E. Metode Analisis………………………………………………….
|
21
|
|
F.
Sampel Petani …………………………………………………
|
21
|
IV.
|
HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………..
|
23
|
|
Identifikasi Potensi Wilayah
(IPW)………………………………….
|
23
|
|
A.
Hasil……………………………………………………………..
|
29
|
|
1.
Menetapkan Tujuan
Evaluasi................................................
|
29
|
|
2.
Mempersiapkan Instrumen
Evaluasi......................................
|
30
|
|
3.
Menetapkan Sampel Sesuai Tujuan
Evaluasi.........................
|
31
|
|
4.
Merekap Dan Mentabulasi Data............................................
|
31
|
|
5
Analisis Data Yang
Dikumpulkan........................................
|
31
|
|
6
Menetapkan Hasil
Evaluasi..................................................
|
31
|
|
7
Menyusun Laporan Hasil
Evaluasi.......................................
|
36
|
|
B.
Pembahasan.................................................................................
|
37
|
|
1.
Tingkat Pengetahuan
Petani.................................................
|
37
|
|
2.
Tingkat Sikap
Petani.............................................................
|
37
|
V.
|
Penutup...............................................................................
|
39
|
|
A.
Kesimpulan.................................................................................
|
39
|
|
B. Saran............................................................................................
|
39
|
|
DAFTAR PUSTAKA………………………………………….
|
40
|
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
|
Luas Lahan Menurut Penggunaannya.............................
|
8
|
Tabel 2.
|
Rekapitulasi
Potensi ditingkat desa ………………………….
|
15
|
Tabel 3.
|
Rekapitulasi
Masalah ditingkat desa.................................
|
17
|
Tabel 4
|
Peringkat
masalah dan penyebab masalah…………………….
|
23
|
Tabel 5
|
Analisa
hasil masalah,penyebab dan Potensi
desa……………
|
25
|
Tabel 6
|
Potensi
agroekositem………………………………………….
|
28
|
Tabel 7
|
Kelembagaan
Petani…………………………………………..
|
29
|
Tabel 8
|
Distribusi
frekwensi pengetahuan petani…………………….
|
32
|
Tabel 9
|
Distribusi
aspek pengetahuan………………………………….
|
32
|
Tabel 10
|
Distribusi
frekwensi sikap……………………………………..
|
33
|
Tabel 11
|
Distribusi
frekwensi aspek sikap petani…………………….....
|
34
|
I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Produk
pertanian merupakan kebutuhan primer bagi manusia untuk bertahan hidup
karena mayoritas sumber makanan yang mereka konsumsi adalah
produk pertanian. Seiring bertambahnya penduduk di Indonesia maka kebutuhan pangan juga semakin
meningkat setiap tahunnya, namun hal tersebut berbanding terbalik dengan
produktivitas pertanian saat ini, sehingga untuk mencukupi kebutuhan pangan
tersebut maka berbagai upaya dilakukan, salah satunya dengan melakukan impor.Penyebab
dari rendahnya produktivitas pertanian di Indonesia saat ini dikarenakan oleh
berbagai faktor, salah satunya penggunaan jarak tanam.Para petani kita
cenderung menganggap bahwa semakin sempit jarak tanam maka hasil akan semakin
banyak karena akan semakin banyak populasi tanaman yang ditanam. (Kementerian
Pertanian Badan Litbang Pertanian BPTP Jateng 2014)
Adanya program
terbaru GP-PTT sebagai tindak lanjut dari SL-PTT, yang baru saja dicanangkan
pemerintah untuk memotivasi petani alumni SL-PTT agar lebih giat dalam adopsi
teknologi yang disuluhkan pada kegiatan SL-PTT, termasuk di dalamnya adalah
teknik bertanam Jajar Legowo. Jarak tanam dan sistem tanam yang digunakan,
sangat berpengaruh terhadap jumlah populasi rumpun dan akan mempermudah dalam
perawatan
Jarak tanam akan berpengaruh terhadap produksi pertanian
karena berkaitan dengan ketersediaan unsur hara, cahaya
matahari serta ruang atau space bagi
tanaman. Teknik penanaman dengan
sistem tanam jajar legowo dianggap mampu untuk dijadikan
solusi peningkatan produksi padi,sehingga disuluhkan untuk petani pada kegiatan
sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) pada tahun 2014.
Metode sekolah lapang tersebut
bertujuan untuk menambah pengetahuan dan
sikap keterampilan petani dalam berusaha
tani. Setelah SL-PTT selesai perlu dilakukan evaluasi penyuluhan, sejauh mana
kegiatan tersebut telah mencapai tujuannya
B. Tujuan
1.
Tujuan
PKL
Agar
mahasiswa dapat melakukan evaluasi kegiatan penyuluhan
2.
Tujuan
khusus
a.
Mampu
menetapkan
tujuan pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan Pertanian;
b.
Mampu memilih Metode Evaluasi
c.
Mampu mempersiapkan intrumen evaluasi;
d.
Mampu menetapkan sampel sesuai tujuan
evaluasi;
e.
Mampu merekap dan menstabulasikan
jenis data hasil evaluasi;
f.
Mampu menganalisis data yang
dikumpulkan sesuai dengan tujuan evaluasi;
g.
Mampu menetapkan hasil evaluasi;
h.
Mampu menyusun laporan hasil evaluasi
sesuai dengan sistematika penulisan laporan ilmiah.
C. Manfaat
1.
Bagi
mahasiswa
a.
Dapat meningkatkan kemampuan dalam
melaksanakan tugas kerja penyuluhan dalam pemberdayaan pelaku utama dan pelaku
usaha
b.
Dapat melakukan kerjasama dengan
instansi pemerintahan/swasta, pelaku utama dan pelaku usaha serta stakeholder
c.
Dapat berlatih dalam bermasyarakat
dengan kondisi sosiokultur yang berbeda.
2.
Bagi
lokasi PKL
a.
Mengenal STPP sebagai penyelenggara
pendidikan program Diploma IV Penyuluhan Pertanin
b.
Membantu menyelesaikan tugas/pekerjaan
rutin terkait dengan penyuluhan pertanian yang dilakukan instansi, pelaku utama
dan pelaku usaha
c.
Menciptakan kerjasama yang baik dan
saling menguntungkan dibidang pembenrdayaan SDM pertanian.
3.
Bagi
STPP
a.
Menciptakan
SDM Penyuluh Pertanian yang memiliki kompetensi Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan.
b.
Memberikan
peran serta dalam peningkatan program pemberdayaan petani dan keluarganya.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Sistem Tanam Jajar Legowo
Legowo
menurut Bahasa Jawa berasal dari kata “Lego” yang berarti luas dan “dowo” yang
berarti panjang. Menurut informasi yang diperoleh cara tanam ini pertama kali
diperkenalkan oleh Bapak Legowo Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banjar Negara.
(BPTP Jateng)
Pada
prinsipnya sistem tanam jajar legowo adalah meningkatkan populasi dengan cara
mengatur jarak tanam. Selain itu sistem tanam tersebut juga memanipulasi lokasi
tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman
pinggir) lebih banyak. Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada di pinggir
akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik. Hal
ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih
banyak.
Ada beberapa tipe sistem tanam jajar legowo:
Ada beberapa tipe sistem tanam jajar legowo:
1.
Jajar legowo 2:1.
Ciri dari tajarwo 2:1 adalahb setiap dua baris tanaman padi, harus
diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan dan jarak
tanam dalam barisan yang memanjang dipersempit menjadi setengah jarak tanam
dalam barisan tersebut
2.
Jajar legowo 3:1.
Ciri dari tajarwo 3:1 adalah setiap tiga baris tanaman
padi,harus diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam
barisan dan jarak tanam barisan pinggir dirapatkan dua kali dengan jarak tanam
yang ditengah.
3.
Jajar legowo 4:1.
Ciri dari tajarwo 4:1 adalah setiap tiga baris tanaman padi harus
diselingi satu barisan kosong dengan lebar dua kali jarak dalam barisan.
Demikian seterusnya. Jarak tanam yang dipinggir setengah dari jarak tanam yang
ditengah.
Jumlah peningkatan populasi pada sistem tanam jajar legowo
dapat diketahui dengan menggunakan rumus : 100 % X 1 : ( 1 + jumlah
legowo).
contoh:
contoh:
a.
legowo 2:1 peningkatan populasinya adalah :
100% X 1 : (1 + 2) = 30%
b.
legowo 3:1
peningkatan populasinya adalah : 100% X 1 : (1 + 3) = 25%
c.
legowo 4:1 peningkatan popuasinya adalah :
100% X 1 : (1 + 4) = 20%
d.
legowo 5:1 peningkatan popuasinya adalah :
100% X 1 : (1 + 5) =16,6%
(Sumber BPTP-Jateng 2014)
B.
Pelaksanaan Sistem Tanam Jajar Legowo di Purworejo
1.
Teknik Tanam
Pengolahan tanah
bertujuan untuk mengubah bentuk fisik/sifat tanah dan untuk membuang gas-gas
beracun yang ada. Pengolahan tanah yang baik dilakukan dengan beberapa model
yang disesuaikan dengan jenis tanah dan musim tanam serta saluran drainase atau
sumber pengairannya
a.
Model 1 untuk
sawah irigasi MT I.
Urutan kerja pembajakan 1 kali bertujuan untuk membalik tanah, lalu penggaruan (rotary), dan perataan tanah 1 kali.
Kemudian lahan didiamkan 2-3 hari, barulah
lahan siap untuk ditanami
b.
Model 2 untuk
sawah irigasi MT II
Urutan kerja dimulai dari pembenaman
jerami, pembajakan 1 kali, kemudian diratakan/ digaru 1 kali, lalu lahan didiamkan 2-3 hari, barulah lahan siap untuk ditanami
c.
Model 3 untuk
sawah irigasi/genangan MT II
Urutan kerja diawali dengan pembenaman jerami, pembajakan (rotary), kemudian
lahan didiamkan 2-3 hari, setelah
itu lahan siap untuk ditanami.
d.
Model 4
untuk sawah Tadah hujan
Urutan kerja untuk sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan
dengan cara tanam benih
langsung atau tabela yang
diawali dengan pembajakan menggunakan bajak atau dengan menggunakan cangkul cukup 1 kali perlakuan, lalu diratakan/digaru 1 kali, kemudian
didiamkan 2-3 hari, barulah lahan siap untuk ditanami.
Perlakuan lanjutan yang dilakukan setelah
pengolahan tanah dari 4 model diatas adalah
1)
Penyemprotan herbisida Sistemik dosis 2-4 L/ha, pada awal MH, Sebarkan bahan organik dan benamkan gulma
2)
Pembajakan menggunakan hand tractor, atau cangkul 1 kali.akan tetapi
khusus untuk MT 1 tanah harus di balik, kemudian lahan siap untuk ditanami
3)
Setelah lahan
digenangi dan tanah melunak, kemudian lahan dikondisikan dalam keadaan melumpur
4)
Pengalian saluran pinggir untuk drainase
Pembuatan baris tanam dilakukan
dengan cara mempersiapkan alat pembuat garis tanam
yang tujuannya agar memudahkan dalam penentuan lubang tanam dan kelurusan baris
tanaman, ukuran dapat disesuaikan dengan jarak tanam yang dikehendaki, alat ini
biasanya dinamakan dengan Caplak. Bahan yang bisa digunakan adalah kayu, bambu,
atau bahan lain yang tersedia serta
biayanya terjangkau.
Lahan sawah yang akan ditanami sebaiknya, 1-2 hari sebelum
tanam dilakukan pembuangan air sehingga
lahan dalam keadaan macak-macak dan kondisi permukaan tanah diupayakan untuk
diratakan dan didatarkan sebaik mungkin. Baru kemudian dilakukan pembentukan
garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang
sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari
ujung ke ujung lahan, sebaiknya terbentang antara utara dan selatan atau
menyesuaikan dengan kondisi lahan.
Bibit padi (anakan) yang akan dipindah kelahan sebaiknya berumur
kurang dari 21 hari, dan menanamnya diupayakan 1-3 anakan per lubang tanam, ditanam
pada setiap perpotongan garis yang sudah terbentuk, dianjurkan untuk menanam maju
agar perpotongan garis untuk lubang tanam bisa terlihat dengan jelas. Namun
apabila kebiasaan tanam mundur juga tidak menjadi masalah, yang penting
populasi tanaman yang ditanam dapat terpenuhi. Pada alur pinggir kiri dan kanan
dari setiap barisan legowo, populasi tanaman ditambah dengan cara menyisipkan
tanaman di antara 2 lubang tanam yang tersedia.
Pemupukan sebaiknya dilakukan dengan cara menabur pupuk,
dari barisan kosong yang ada diantara 2 barisan legowo. Kemudian pupuk ditabur
ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan
pemupukan 2 barisan legowo. Khusus cara pemupukan pada legowo 2 : 1 boleh
dengan cara ditabur di tengah alur dalam barisan legowonya.
Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau dengan
menggunakan alat siang seperti landak/gasrok apabila penyiangan dilakukan
dengan alat siang, cukup dilakukan ke satu arah, sejajar legowo dan tidak perlu
dipotong seperti penyiangan pada cara tanam bujur sangkar. Sisa gulma yang
tidak tersiang dengan alat siang di tengah barisan legowo bisa disiang dengan
tangan, bahkan sisa gulma pada barisan pinggir legowo sebenarnya tidak perlu
diambil karena dengan sendirinya akan kalah persaingan dengan pertumbuhan
tanaman padi.
Salah satu penyebab menurunya produksi adalah adanya
gangguan hama dan penyait olehnya perlu ada usaha pengendalian hama dan penyakit misalnya
dengan penyemrotan insektisida atau lainnya dengan menggunakan alat semprot
atau handsprayer, sebaiknya posisi orang berada pada barisan kosong di antara 2
barisan legowo. Kemudian penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan
merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo
Sistem tanam jajar
legowo juga memiliki keuntungan dan kelebihan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1)
Semua barisan rumpun
berada pada bagian pinggir yang
memberi hasil lebih tinggi
2)
Tanaman yang mendapat efek
samping produksinya lebih tinggi dari
yang tidak mendapat efek samping.
3)
Dengan adanya ruang kosong mempermudah pemupukan, penyiangan dan
pengendalian H/P
4)
Ruang kosong bisa digunakan untuk pengaturan air/mina padi
5)
Produksi lebih tinggi
C.
Evaluasi
1. Menetapkan Tujuan Pelaksanaan Evaluasi
Arikunto, dkk (2004) mengatakan evaluasi
merupakan upaya untuk mengukur ketercapaian program atau kegiatan, yaitu
mengukur sejauh mana sebuah kebijakan dapat terimplementasikan, agar pengukuran
tujuan dapat diketahui secara cermat dan teliti sampai diketahui sisi positif
dan negatifnya, dapat menunjukan bagian mana dari kebijakan yang dapat
diimplementasikan dan mana yang tidak dapat diimplementasikan, serta apa
penyebabnya maka tujuan evaluasi perlu dirinci.
Ada dua macam tujuan evaluasi, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan pada program secara
keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen.
Agar dapat melakukan tugasnya maka seorang evaluator mampu mengenali
komponen-komponen program.
Mardikanto (1991) mengatakan bahwa tujuan
evaluasi adalah segala informasi yang ingin diketahui dari program yang
dievaluasi itu seperti:
a.
Apa yang akan dievaluasi (pelaksanaan program,
koordinasi aparat, aktifitas penyuluh, hasil yang dicapai)
b.
Siapa yang akan dijadikan sasaran evaluasi, aparat penentu kebijakan, penyuluh,
ataukah kelompok taninya
c.
Sampai seberapa jauh cakupan evaluasi
d.
Adakah pedoman yang sudah diterapkan (baik yang
berkaitan dengan kebijakan, petunjuk pelaksanaan ataupun ukuran-ukuran yang
digunakan untuk menilai tingkat ketepatan pelaksanaan program dan tingkat
keberhasilannya.
e.
Bagaimana hasil evaluasi tersebut dilaporkan (kuantitatif, kualitatif, diseminarkan
terlebih dahulu atau tidak).
2. Memilih Metode Evaluasi
Menurut Ernest R.
Alexander dalam Aminudin (2007),
metode evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu :
a.
Before and after
comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian dengan membandingkan
antara kondisi sebelum dan kondisi sesudahnya.
b.
Actual versus
planned performance comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek
penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada (aktual) dengan ketetapan
perencanaan yang ada (planned)
c.
Experintal (controlled)
model, metode yang mengkaji suatu obyek penelitian dengan melakukan
percobaan yang terkendali untuk mengetahui kondisi yang diteliti.
d.
Quasi
experimental models, merupakan metode yang mengkaji suatu obyek penelitian
dengan melakukan percobaan tanpa melakukan pengontrolan/pengendalian terhadap
kondisi yang diteliti.
e.
Cost oriented
models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian yang hanya berdasarkan
pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.
Menurut Effendy (2011), evaluasi hasil
adalah kegiatan menilai perubahan-perubahan dalam kondisi kehidupan kelompok
sasaran, yang diakibatkan oleh program/proyek dan merupakan hasil
kegiatan-kegiatan program/proyek. Dalam konteks ini dapat diuraikan bahwa
kegiatan evaluasi dampak adalah kegiatan menilai perubahan kondisi kehidupan
kelompok sasaran sebagai akibat dari adanya program/proyek, sehingga dapat
diketahui apakah proyek itu efektif atau tidak. Evaluasi hasil pada umumnya
dilaksanakan setelah kegiatan berakhir dan memiliki jeda waktu misalnya 26
bulan setelah kegiatan. Tujuan evaluasi hasil adalah untuk mengatahui apakah
semua input telah diberikan sesuai rencana dan jadwal ataukah tidak? Kemudian
apakah tujuan dan sasaran kegiatan telah tercapai ataukah tidak?
Sekolah lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
adalah suatu metode pendidikan non formal bagi petani untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun
rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan
teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergi dan
berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien
Komponen teknologi unggulan PTT padi adalah
1)
Penggunaan varietas unggul baru (VUB) berlabel yang
berdaya hasil tinggi, bernilai ekonomi tinggi.
2)
Pemupukan berimbang dengan penggunaan pupuk secara
berimbang dan sesuai kebutuhan tanaman spesifik lokasi.
3)
Penggunaan pupuk organik berupa kompos dan pupuk
kandang sebagai penyedia hara dan pembenah tanah.
4)
Penggunaan alat mesin ( alsin )
berupa alat pra panen dan pasca panen untuk menekan kerusakan
hasil.
5)
Pengairan dan pompanisasi dengan pemanfaatan air
irigasi, air hujan, embung, sumur pantek, dan sumber air permukaan (sungai
danau, sumur buatan).
6)
Penggunaan benih bermutu
dengan varietas unggul akan menghasilkan daya perkecambahan
yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman
tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil
tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.
7)
Penanaman yang tepat waktu,
serentak dan jumlah populasi yang optimal
dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan
gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang
tinggi.
8)
Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan
tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara,
dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang
baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.
9)
Pemberian air pada tanaman secara efektif dan
efisien sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah
merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air
sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman.
Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara
tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang
diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan air.
10) Perlindungan
tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan serangan OPT tanaman
dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat serangan
OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama
terpadu (PHT) Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir
bila serangan OPT berada diatas ambang ekonomi.Penggunaan pestisida
harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi
atau resistensi OPT atau dampak lain yang
merugikan lingkungan.
11) Penanganan
panen dan pasca panen akan
memberikan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan carayang
tepat yaitu tanaman dipanen pada
masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan
penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan
dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga
menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat
penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil
tetap terjaga dan tidak tercecer.
3.
Mempersiapkan Instrument Evaluasi
Menurut Mardikanto
(1991) bahwa untuk melakukan pengumpulan data, kegiatan perumusan instrument
merupakam salah satu kegiatan terpenting dan sangat sulit dilakukan, sebelum
proses pengumpulan data dan fakta dilakukan. Sebab disamping akan sangat
menentukan ketepatan dan ketelitian data yang akan diperoleh, kegiatan
perumusan instrumen sebenarnya tidak semuda yang digunakan oleh orang-orang
yang belum biasa melakukan evaluasi. Untuk merumuskan instrument yang baik,
tidak hanya dibutuhkan pengetahuan yang memadai, tetapi dibutuhkan latihan yang
cukup.
Beberapa acuan
yang perlu diperhatikan dalam merumuskan instrumen adalah sebagai berikut:
a.
Pahami betul tujuan khusus dari kegiatan evaluasi yang
akan dilakukan, demikian pula mengenal indikator dan parameter yang akan
digunakan, berikut pengukuran atau pemberian nilai skornya.
b.
Untuk menjaga tingkat konsistensi jawaban yang
diberikan respondennya, upayakan agar untuk setiap parameter disediakan lebih
dari satu pertanyaan, dan pertanyaan yang mirip diletakan tidak berurutan.
c.
Upayakan untuk menggunakan model pertanyaan yang
beragam, untuk menjaga agar responden jangan cepat jenuh.
d.
Perhatikan agar jumlah pertayaan tidak terlalu banyak
sehingga respondenya tidak jenuh/kelelahan selama memberikan jawabannya
e.
Gunakan bahasa yang mudah dimengerti.
Menurut Arikunto dan Cepi (2004)
mengatakan bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen
evaluasi adalah:
a.
Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen
yang akan disusun.
b.
Membuat kisi-kisi yang berisi tentang perincian
variabel dan jenis instrument yang akan digunakan. Untuk megukur bagian
variabel yang bersangkutan ini dikembangkan dari kisi-kisi objek yang akan
dievaluasi
c.
Membuat butir-butir instrumen, sesudah kisi-kisi
tersusun maka langkah selanjutnya adalah membuat butir-butir instrument
d.
Menyuting instrument, hal yang dilakukan pada tahap ini
meliputi:
- Mengurutkan
butir menurut sistimatika yang dikehendaki evaluator untuk mempermudah
pengolahan data
- Menuliskan
petunjuk pengisian, identitas dan sebagainya
- Membuat
pengantar permohonan pengisisan bagi angket yang diberikan kepada orang lain.
4. Menetapkan Sampel Sesuai Tujuan Evaluasi
Menurut Mardikanto (1991) bahwa dalam
kegiatan evaluasi seringkali hanya dilakukan terhadap bagian kecil sampel atau
contoh dari populasi, dan jarang sekali dilakukan pengumpulan data secara
sensus. Pada dasarnya dikenal ada dua
teknik penarikan sampel yaitu secara acak (propability
sampling) dan secara piihan atau purposive (non propability sampling)
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan
evaluasinya. Akan tetapi untuk menghindari pengaruh subyektifitas pengumpulan
data, sebaiknya dilakukan secara acak.
Jumlah sampel yang
diambil lebih baik ditentukan dengan berlandaskan pada tingkat keragaman
populasi, alat analisis yang akan digunakan, dan tersedianya sumberdaya (dana,
tenaga, dan waktu)
5. Merekap dan Mentabulasi Jenis Data
Merekap dan
mentabulasi data dapat dilakukan setelah data terkumpul, baru kemudian
dimasukan kedalam kolom tabulasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pentabulasian
adalah instrumen yang mempunyai skala yang sama.
Menurut Wrahatnala
(2012) bahwa tabulasi data merupakan proses pengolahan data yang dilakukan
dengan cara memasukkan data ke dalam tabel, atau dapat dikatakan bahwa tabulasi
data adalah penyajian data dalam bentuk tabel atau daftar untuk memudahkan
dalam pengamatan dan evaluasi. Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran
tentang hasil penelitian, karena data-data yang diperoleh dari lapangan sudah
tersusun dan terangkum dalam tabel-tabel yang mudah dipahami maknanya.
Selanjutnya peneliti bertugas untuk memberi penjelasan atau keterangan dengan
menggunakan kalimat atas data-data yang telah diperoleh.
Tabulasi data dapat dilakukan
melalaui dua cara tabulasi sederhana yakni tabulasi langsung dan dengan menggunakan lembaran
kode
a.
Tabulasi
Langsung
Maksudnya data langsung ditabulasi dari kuesioner ke dalam
tabel yang sudah dipersiapkan tanpa perantara lainnya. Cara ini biasanya
dilakukan untuk data yang jumlah responden dan variabelnya sedikit.
b.
Lembaran Kode
Lembaran kode dapat dikerjakan dengan menggunakan fasilitas
komputer. Biasanya penabulasian dengan cara ini hanya efisien apabila variabel
dan responden yang diteliti sangat banyak.
Jenis tabel
yang umumnya dibuat dalam tabulasi data adalah tabel frekuensi dan tabel silang
1)
Tabel frekuensi
Tabel frekuensi adalah
tabel yang menyajikan berapa kali sesuatu hal terjadi. Tabel ini dapat
dibedakan atas table frekuensi relatif, yaitu tabel frekuensi yang berisi
persentase, dan tabel frekuensi kumulatif, yaitu tabel frekuensi yang berisi angka kumulatif.
2)
Tabel silang
Tabel silang dibuat dengan cara memecah lebih lanjut setiap
kesatuan dari setiap kategori menjadi dua atau lebih subkesatuan. Kegunaan
pembuatan tabel silang antara lain sebagai berikut.
a)
Menganalisis hubungan-hubungan antarvariabel yang
terjadi.
b)
Melihat bagaimana dua atau beberapa variabel
berhubungan.
c)
Mangatur data untuk keperluan analisis statistik.
d)
Mengontrol variabel tertentu sehingga dapat dianalisis
tentang ada tidaknya hubungan tertentu.
e)
Memeriksa kesalahan-kesalahan dalam kode ataupun
jawaban dari daftar pertanyaan.
6. Analisis Data yang Dikumpulkan
Pada dasarnya,
pengolahan data dalam penelitian sosial tidak lepas dari penggunaan metode
statistik tertentu. Statistik sangat berperan dalam penelitian, baik dalam
penyusunan, perumusan hipotesis, pengembangan alat dan instrumen penelitian,
penyusunan rancangan penelitian, penentuan sampel, maupun dalam analisis data.
Arikunto dan Cepi
(2004) mengatakan bahwa kegunaan statistik dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
a.
Alat untuk mengetahui hubungan kausalitas antara dua
atau lebih variabel, sehingga dapat diketahui apakah suatu hubungan benar-benar
terkait dalam kausalitas atau tidak.
b.
Memberikan teknik-tenik sederhana dalam
mengklasifikasikan data dan menyajikan data secara lebih mudah sehingga bisa
dimengerti dengan lebih mudah pula.
c.
Membantu peneliti dalam menyimpulkan suatu perbedaan
yang diperoleh apakah benar-benar berbeda secara signifikan
d.
Meningkatkan kecermatan peneliti dalam mengambil
keputusan terhadap kesimpulan-kesimpulan yang akan ditarik
e.
Memungkinkan penelitian untuk melakukan kegiatan ilmiah
secara lebih ekonomis. Pengolahan
data secara statistik pada dasarnya suatu cara mengolah data kuantitatif
sederhana, sehingga data penelitian tersebut mempunyai arti. Pengolahan data
melalui teknik statistik dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya
adalah distribusi frekuensi dan ukuran pemusatan.
1)
Distribusi
Frekuensi
Data-data hasil penelitian yang diperoleh di lapangan harus
disusun atau diatur lebih lanjut agar mudah dipahami oleh para pembaca dan
pihak-pihak yang berkepentingan atau berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti. Misalnya dengan membuat distribusi frekuensi.
2)
Ukuran pemusatan
Penyusunan dan penyajian data mentah yang berbentuk
distribusi frekuensi hanya memberikan gambaran umum. Untuk mendapat ciri khas
dalam sebuah nilai bilangan, peneliti dapat menggunakan ukuran pemusatan yang
terdiri atas modus, median, dan mean.
a)
Modus
Modus adalah ukuran pemusatan yang menunjukkan frekuensi
terbesar pada suatu perangkat data. Data yang berskala nominal hanya bisa
dianalisis dengan menggunakan modus. Adapun cara untuk menentukan modus adalah
dengan mengurutkan atau menyusun data ke dalam tabel distribusi frekuensi,
kemudian kita cari nilai yang paling tinggi frekuensinya.
b)
Median
Median adalah titik tengah yang membagi seluruh bilangan (data) menjadi dua bagian yang sama besar.
Median adalah titik tengah yang membagi seluruh bilangan (data) menjadi dua bagian yang sama besar.
c)
Mean (rata-rata hitung)
Mean atau rata-rata hitung adalah nilai bilangan yang berasal
dari jumlah keseluruhan nilai bilangan dibagi dengan banyaknya unit atau
bilangan.
7. Menetapkan Hasil Evaluasi
Dalam interprestasi hasil evaluasi yang
perlu dipahami adalah mengapa tujuan penyuluhan tidak tercapai, tidak sesuai
target, faktor-faktor apa
saja yang menghambat dan apa yang memperlancar, serta bagaimana solusinya/saran
perbaikanya pada waktu yang akan datang. Hasil evaluasi ini bermanfaat untuk
perbaikan program yang akan datang dan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan oleh pembuat
kebijakan dibidang penyuluhan/pembangunan pertanian. (Deptan 2014)
8. Menyusun Laporan Hasil Evaluasi
Pada prinsipnya, penulisan laporan
evaluasi tidak berbeda dengan penulisan laporan penelitian pada umumnya, baik
dalam sistimatika, pokok-pokok isi laporan yang disampaikan, hanya bahasa serta
tata tulis yang digunakan lebih popular, mudah dipahami karena pembaca laporan
evaluasi lebih berfariasi dalam hal tingkat pendidikan dan pengelaman.
Menurut Arikunto dan Cepi (2004), produk
fisik sebuah evaluasi biasanya terlihat pada laporan tertulisnya. Laporan
tertulis harus disusun oleh seorang atau tim evaluator, sehingga hasil
evaluasinya dapat dipublikasikan dengan baik dan luas kepada orang atau pihak
lain. Setiap laporan evaluasi biasanya memuat:
a.
Permasalahan
b.
Metode evaluasi
c.
Hasil evaluasi
d.
Kesimpulan atas hasil evaluasi.
Format/sistimatika Laporan Evaluasi
Penyuluhan dalam prakteknya dapat diadaptasikan sesuai kebutuhan lembaga/di
lapangan dan maksud/tujuan dari evaluasi itu sendiri, tetapi secara umum dapat
dipaparkan sebagai berikut:
1)
Kata Pengantar, Daftar Isi, Pengesahan Laporan
2)
Pendahuluan, yang memuat uraian yang singkat dan cukup
jelas mengenai
a)
Latar belakang atau alasan dilakukannya evaluasi, sasaran/obyek evaluasi
b)
Masalah dan tujuan evaluasi
c)
Kegunaan evaluasi
3)
Landasan-landasan teori dan konsep-konsep yang
digunakan dalam pelaksanaan evaluasi
4)
Indikator
dan parameter, serta pengukuranya.
5)
Rancangan evaluasi yang mencakup :
a)
Populasi dan sampel, berikut penjelasan teknik
penarikan sampel
b)
Rincian data yang dikumpulkan
c)
Teknik pengumpulan data
d)
Insterumen evaluasi (bisa disampaikan dalam bentuk
lampiran)
e)
Uji ketepatan dan ketelitian instrument evaluasi
f)
Analisis data
6)
Gambaran umum tentang pelaksanaan kegiatan penyuluhan
yang dievaluasi
7)
Hasil-hasil evaluasi dan pembahasan : tampilan dalam
bentuk grafik, gambar, tabel, dansebagainya. Kesimpulan dan
saran-saran/rekomendasi
8)
Daftar pustaka
9)
Lampiran-lampiran.
III.
METODA
PELAKSANAAN
A. Waktu
dan Tempat
1.
Waktu
Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) III dilaksanakan dari tanggal 1 Mei s/d 30 Juni 2015.
2.
Tempat
Praktek
Kerja Lapangan (PKL) III dilaksanakan Di Desa Malangrejo Kecamatan Banyuurip
Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah.
B. Sumber
data
1.
Primer
Data primer merupakan data yang
langsung diambil dari petani. Petani yang dimaksud adalah petani peserta SL
Padi dengan teknik tanam Jajar Legowo
2.
Sekunder
Data sekunder adalah data yang
telah diolah, dan didokumentasikan diinstansi baik ditingkat desa maupun
kecamatan
C. Teknik Pengumpulan Data
1.
Teknik
wawancara menggunakan kuesioner digunakan evaluator untuk mengumpulkan data
dengan bertanya melalui angket kepada responden dengan jawaban yag ditentukan
oleh evaluator
2.
Teknik
FGD digunakan evaluator untuk mengumpulkan data kualitatif dengan bertanya
kepada responden dan tokoh kunci melalui diskusi terfokus (FGD) tingkat
Gapoktan
3.
Teknik
pencatatan adalah pengumpulan data dengan mencatat semua data primer maupun
sekunder yang diperoleh dari petani, dinas, dan instansi terkait sesuai dengan
data-data yang dibutuhkan
D. Jenis Data
Jenis data yang diambil dalam
evaluasi ini adalah
1.
Data
primer diambil langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner berupa data
kuantitatif berupa jumlah anggota kelompok tani alumni SL-PTT
2.
Data
sekunder diperoleh melalui pencatatan dari sumber informasi atau sumber data
yang ada
hubungannya dengan evaluasi hasil kegiatan SL-PTT padi sawah seperti Laporan
Kegiatan SL- PTT
E. Subyek Evaluasi
Evaluasi hasil Pelaksanaan SL-PTT Padi Sawah difokuskan pada variabel
yang akan dievaluasi yaitu:
1.
Pengetahuan
Responden
2.
Sikap
responden
F. Metode
Analisis
Metode analisis data menggunakan
metode deskriptif untuk membuat
deskipsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai mengenai
hasil dari penyuluhan Jajar Tanam Legowo dalam hal pengetahuan dan sikap
petani.
G. Sampel
Petani
Petani
yang dievaluasi adalah petani peserta SL Padi dan atau alumni kegiatan SL teknik bertanam Jajar Legowo, sebagai
saampel diambil dengan cara penunjukan langsung sebanyak 20 orang petani yang
berasal dari beberapa kelompok tani yang ada di desa Malangrejo. Dengan cara
memisahkan antara anggota dan pengurus kelompok kemudian ditunjuk langsung oleh
salah satu pengurus kelompok untuk mewakili kelompok menjadi resonden dengan
perbandingan tiga orang dari anggota dan dua orang dari pengurus
H. Instrument Pengambilan Data
Instrument
pengambilan data, didesain terdiri dari dua aspek yaitu tingkat pengetahuan dan
sikap Petani. Sedangkan aspek keterampilan belum dapat dilakukan evaluasi
karena keterbatasan waktu dan dana yang tersedia. Instrument ini diidentifikasi
berdasarkan tujuan kegiatan SL-PTT padi sawah yang telah ditetapkan pada
petunjuk teknis SL-PTT padi sawah oleh Dinas Pertanian Kabupaten Purworejo
tahun 2014.
Dimana
teknologi unggulan PTT yang dianjurkan sebagaimana tersebut dibawah ini:
1.
Penanaman
benih Varietas Unggul
2.
Penggunaan
benih bermutu, bersih, sehat, bernas (berlabel)
3.
Peningkatan
populasi tanaman dengan mengunakan sistem tanam jajar legowo
4.
Penanaman
bibit muda (<21 hari) serta penanaman bibit 1-3 bibit per lubang
5.
Pemberian
pupuk organik pada tanaman 2 ton/ha
6.
Pemupukan
sesuai kebutuhan tanaman dan rekomendasi setempat
7.
Pengairan
secara efektif dan efisien
8.
Pengendalian
hama dan penyakit secara terpadu
9.
Pengendalian
gulma secara terpadu
10. Penanganan proses panen da pasca
panen
Aspek-aspek
yang dievaluasi dalam kegiatan ini dijabarkan pada kisi-kisi instrumen
meliputi: variabel, indikator, standar,
dan kriteriea (dapat dilihat pada lampiran 1). Sedangkan kuesioner pertayaan
kepada respon dibuat secara terpisah (dapat dilihat pada lampiran 2)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Identifikasi
Potensi Wilayah (IPW)
Desa Malangrejo merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo
dengan jarak ± 3 km, dari kota kecamatan,sedangkan jarak
dari ibu kota kabupaten ± 7 Km
dengan waktu tempuh ± 15
menit dengan kendaraan umum.
Batas – batas wilayah desa Malangrejo adalah sebagai berikut :
-
Sebelah timur berbatasan dengan Desa Surorejo
-
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sumbersari dan Desa Banyuurip
-
Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tegal kuning
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bencorejo dan
Desa Triwarno
Desa Malangrejo
memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau
dengan suhu rata – rata tertinggi adalah 27ºC - 32ºC, Suhu rata – rata terendah
adalah 20ºC - 25ºC ,dengan kelembaban rata – rata 70 -90 %, curah hujan rata –
rata 2,643 mm/tahun, dengan ketinggian tempat antara 12 m diatas permukaan laut.
a. Luas Lahan Menurut Penggunaannya
Menurut penggunaannya lahan di desa Malangrejo adalah sebagai
berikut:
Tabel
1. Luas Tanah menurut kegunaannya Desa Malangrejo
No
|
Nama
Desa
|
Tanah
Darat (ha)
|
Tanah
Sawah
irigasi(ha)
|
Kolam (ha)
|
|||
Tegalan
|
Pekarangan
|
Sawah
|
½
Teknis
|
Jumlah
|
|||
|
Malangrejo
|
6
|
67,5
|
99
|
99
|
-
|
173
|
Sumber : Rancangan RPJMDes Malangrejo
2015
Tabel 1. menjelaskan bahwa Desa Malangrejo mempunyai luas tegalan 6 (ha), pekarangan 67,5 (ha), tanah sawah
irigasi setengah teknis 99 (ha).
b. Rekapitulasi Potensi Desa Malangrejo Secara Umum
Tabel 2. Rekapitulasi Potensi Desa Malangrejo
Aspek
|
Potensi
|
Desa
|
Desa Malangrejo
Luas Lahan/ Jumlah /unit
|
||
Sumber daya Alam
|
Luas Lahan
Sawah
|
99
|
|
Pekarangan & Banguan
|
67,5
|
Sumber Daya Manusia
|
Jumlah kelompok Tani
|
4
|
Kelembagaan Sistem Dan Usaha Agribisnis
|
Kelompok
Tani :
|
Malangrejo
|
|
1.
Pemula
|
4
|
|
2.
Lanjut
|
-
|
|
3.
Madya
|
-
|
Sumber: data primer
mahasiswa pendampingan Program Pajale
Tabel 2.Menjelaskan tentang potensi yang ada di Desa
Malangrejo dilihat dari aspek sumberdaya alam,sumberdaya manusia pertanian,
kelembagaan dan sistem usaha agribisnisnya berupa luas lahan sawah ½ teknis 99
Ha, pekarangan 67,5 Ha,jumlah kelompok tani dan tingkat kelas kelompok. Yang
menyebar di 4 pedukuhan yang ada didesa Malangrejo.
c. Rekapitulasi Masalah di Tingkat Desa Malangrejo
Tabel
3. Rekapitulasi Masalah di Tingkat Desa Malangrejo
Aspek
|
Masalah
Di Desa Malangrejo
|
1
|
2
|
Sumberdaya Manusia
|
1.
PSK Petani
2.
Kemauan dan minat petani
|
Sumberdaya Alam
|
1.
Pemanfaatan lahan untuk pertanian
2.
Pemanfaatan air untuk Sawah 1/2 teknis
|
Kelembagaan dan sistem usaha pertanian
|
1.
Pengetahuan tugas, fungsi pengurus
dan peran anggota Gapoktan masih rendah
2.
Kerjasama pengurus sangat kurang
|
Sarana prasarana dan sistem usaha pertanian
|
1.
Kurangnya pasokan air irigasi pada MT II
2.
Kemampuan kelompok tani
dalam pemasaran hasil masih rendah
3.
Kemitraan belum bisa berjalan dengan baik
4.
Kurangnya Alsintan bagi petani
|
Sumber: data primer
mahasiswa pendampingan Program Pajale
Pada Tabel 3
menjelaskan rekapitulasi masalah di
tingkat desa Malangrejo, dilihat
dari segi aspek sumber daya manusia dengan masalah PSK petani, kemauan dan
minat petani. Dari aspek sumber daya alam dengan masalah pemanfaatan lahan
pertanian dan pemanfaatan air, Dari aspek Kelembagaan pengetahuan tugas,
fungsi pengurus dan peran anggota Gapoktan masih rendah dan di aspek sarana dan
prasarana dan sistem usaha pertanian dengan masalah kemampuan kelompok tani
dalam pemasaran hasil masih rendah, dan kemitraan belum bisa berjalan dengan
baik
d. Peringkat Masalah Dan Faktor Penyebab
Masalah Di Tingkat Desa Malangrejo
Tabel 4. Peringkat
Masalah dan faktor penyebab masalah di tingkat desa
Aspek
|
Peringkat Masalah
|
Faktor Penyebab
|
Keterangan
|
Sumberdaya Manusia
|
1.
PSK Petani
2.
Kemauan dan minat petani
|
1.
Rendahnya Pendidikan.
2.
Teknologi baru agak sulit diterima petani
3.
Kebiasaaan lama yang masih sulit ditinggalkan
|
1. PSK Petani
2.Kemauan
dan minat petani
|
Kelembagaan
dan sistem usaha pertanian
|
1.
Pengetauan dan tugas pengurus kelompok tani
2.
Kerja sama dalam pengurus
|
1.
Pengetahuan tugas, fungsi pengurus dan peran anggota
Gapoktan masih rendah
2.
Kerja sama pengurus sangat kurang
|
1.
Pengurus belum tahu tugas, fungsinya sebagai
penggurus dan peran anggota pengurus
2.
belum adanya kerjasama dalam kepengurusan
|
Sarana
prasarana dan sistem usaha pertanian
|
1.
Kurangnya pasokan air irigasi pada setiap musim tanam
2.
Kemitraan
|
1.
Banyaknya irigasi tersier yang rusak, dan kurangnya
pasokan air dari DI Kedung Putri
2.
Kemampuan kelompok tani dalam pemasaran hasil masih
rendah
|
1.
Wilayah Kecamatan banyuurip merupaan wilayah Daerah
Irigasi (DI) Kedung putri pada BKK 6
|
Sumber: data primer mahasiswa pendampingan Program Pajale
Tabel 4 menjelaskan peringkat masalah dan faktor
penyebab tingkat Desa Malangrejo
dan Bencorjo dari aspek sumber daya
alam dengan peringkat masalah Pengetahuan Sikap dan Keterampilan (PSK) petani,
kemauan dan minat petani
e. Analisa Hasil Masalah, Penyebab Dan Potensi
Di Tingkat Desa Malangrejo
Tabel 5..Analisa Hasil di Tingkat Desa
Malangrejo
Aspek
|
Peringkat Masalah
|
Faktor Penyebab Masalah
|
Potensi
|
Sumberdaya Manusia
(SDM)
|
1.
PSK Petani
2.
Kemauan
dan minat
petani
|
1.
Rendahnya pendidikan petani
2.
Teknologi baru agak sulit diterima petani
|
1.
Pendidikan
2.
Jumlah Penduduk
3.
Mata Pencaharian
|
Sumberdaya alam
(SDA)
|
1.
Pemanfaatan
Lahan untuk pertanian
2.
Pemanfaatan air untuk Sawah 1/2 teknis
3.
KATAM
Kalender Musim Tanam
|
1.
perubahan musim yang akan mengganggu perubahan
tanam yang menggunakan KATAM
|
1.
Luas Lahan,
2.
Iklim
3.
Curah Hujan
4.
Sumber air
|
Kelembagaan sistem dan
usaha agribisnis
|
1.
Pengetahuan
tugas,fungsi pengurus dan
peran anggota Gapoktan masih rendah
2.
Kerjasama
pengurus sangat kurang
|
1.
Pengetahuan tugas, fungsi pengurus dan peran anggota
Gapoktan masih rendah
2.
Kerja sama pengurus sangat kurang
|
1.
Kelompok Tani
2.
Gapoktan
3.
LPM
4.
RT
5.
RW
|
Sarana dan sarana sistem
dan usaha agribisnis
|
1.
Kurangnya pasokan air irigasi pada setiap musim tanam
2.
Kemitraan
|
1.
Banyaknya irigasi tersier yang rusak, dan kurangnya
pasokan air dari DI Kedung Putri
2.
Kemampuan kelompok tani dalam pemasaran hasil masih
rendah
3.
Kemitraan belum berjalan dengan baik
|
1.
Adanya sumber air (kali Progo) yang besar
dikabupaten Purworejo
2.
Alsintan
3.
Sarana prasarana perekonomian
.
|
Sumber: data primer
mahasiswa pendampingan Program Pajale
Tabel 5 menjelaskan hasil analisa, peringkat masalah
dan penyebab masalah serta potensi yang
tersedia, untuk membantu penyelesaian masalah dilihat dari 4 aspek yakni sumber
daya manusia, sumber daya alam, kelembagaan usaha agribisnis, dan sarana
prasarana penunjang agribisnis.
f. Potensi Agroekosistem
Tabel 6. Potensi Agroekosistem desa Malangrejo
No.
|
Nama Desa
|
Jenis
Usahatani
(pada lahan)
|
Jumlah luas tanam (Ha)
|
Produksi ditingkat
Kec. Kwintal
|
Produktivitas
Kwintal
|
|
Malangrejo
|
Sawah
|
198
|
61,2
|
12,117,6
|
Sumber :
Rencana Kerja Tahunan Penyuluh tahun 2015
Tabel 6 menjelaskan bahwa luas usaha tani padi sawah pada
lahan yang ada di Desa Malangrejo, adalah
seluas 198 Ha dari 2 kali musim tanam dalam
setahun, dengan jumlah produksi mencapai 61,2 Kwintal dengan produktivitas
12,117,6 Kwintal
g.
Kelembagaan Petani
Tabel 7. Jumlah Kelembagaan di Desa
Malangrejo
No
|
Nama Desa
|
Jml Kelompok Tani
|
Jumlah Kelompok Tani
|
|||||
Tani Dewasa
|
Tani Wanita
|
Taruna Tani
|
||||||
Jml Kelp.
|
Jml. Angg.
|
Jml Kelp.
|
Jml.Angg.
|
Jml Kelp.
|
Jml. Angg.
|
|||
1.
|
Malangrejo
|
4
|
5
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
Sumber : Programa BPK
kecamatan (masih dalam tahap registrasi ulang)
Berdasarkan tabel 7 menjelaskan bahwa di Desa
Malangrejo jumlah kelompok tani sebanyak 5 kelompok tani untuk desa malangrejo
data kelembagaann kelompok ini masih dalam tahapan registrasi ulang.
2.
Hasil Kegiatan
Evaluasi
a. Menetapkan tujuan pelaksanaan evaluasi
1)
Menentukan kegiatan yang akan di evaluasi,
-
Setelah melihat dan mempelajari laporan kegiatan
SL-PTT yang salah satu kegiatannya adalah penambahan populasi tanaman melalui
penerapan sistem tanam jajar legowo
-
Setelah melihat dari programa kecamatan dan
rancangan programa desa dapat ditemukan permasalahan yang dihadapi petani yakni
masih kurangnya penerapan petani terhadap prinsip PTT termasuk menggunakan
sistem tanam jajar legowo.
-
Melakukan pertemuan/diskusi/wawancara dengan
penyuluh sehingga permasalahan tersebut dapat diangkat untuk dijadikan bahan
kegiatan evaluasi,
2)
Menentukan waktu dan tempat/lokasi evaluasi,
Waktu dan tempat kegiatan evaluasi dipilih dari
kelompok tani alumni SLPTT padi yang ada di desa malangrejo terdiri dari 4
kelompok tani yakni Rekso Rumekso, Marsudi Mulyo,Sidodadi, dan Gotong royong.
3)
Menentukan materi kegiatan evaluasi
Sesuai dengan petunjuk teknis SL-PTT yakni masih
kurangnya minat petani untiuk menerapkan prinsip PTT dan belum meratannya
petani menggunakan sistem tanam jajar legowo, maka yang akan diangkat untuk
menjadi materi kegiatan evaluasi adalah dari aspek pengetahuan dan sikap petani
terhadap sistem tanam jajar legowo sedangkan untuk aspek keterampilan belum
bisa dilakukan evaluasi karena keterbatasan waktu dan dana.
4)
Menentukan siapa yang jadi sasaran evaluasi.
Yang menjadi sasaran evaluasi adalah Petani alumni
SLPTT dari 4 kelompok tani,yang ada di desa malangrejo jadi terdapat 100 orang
petani yang kemudian dipilih secara random proporsional yang terdiri dari
anggota dan pengurus kelompok tani.
5)
Menentukan standar atau ukuran-ukuran yang akan
digunakan dalam melakukan evaluasi dengan cara membaca pedoman dari kegiatan
sistem tanam jajar legowo dan rdari reverensi yang ada (BPTP Jateng)
6)
Merumuskan tujuan kegiatan evaluasi
Tujuan kegiatan evaluasi adalah mengukur tingkat
pengetahuan,sikap dan ketermpilan petani terhadap sistem tanam jajar legowo.
b. Mempersiapkan
Instrument Evaluasi
1)
menetapkan
variabel
2)
mendiskripsikan
variable
3)
buat
kisi-kisi
4)
buat
standar
5)
menetapkan
skala
6)
membuat
pertanyaan
c. Menetapkan dan Mentabulasi Jenis Data Hasil
Evaluasi
1)
Menyusun
tabulasi sesuai dengan kondisi pertanyaan
2)
Menginput
perolehan data
3)
Menghitung
dalam jumlah %
4)
Menyimpulkan
d. Menganalisis data yang dikumpulkan
Langkah-langkah kegiatan
1)
Data
dianalisis atau di olah dengan bantuan statistik deskritif.
2)
Pada
tabulasi perhitungan statistik deskritif yang dilakukan adalah distribusi
frekuensi, frekuensi relatif.
e. Menetapkan Hasil Evaluasi
1)
Pengetahuan
petani dibagi menjadi 5 kategori yaitu kategori sangat mengetahui,
Cukup
mengetahui, Mengetahui, kurang mengetahui dan tidak mengetahui berdasarkan
jumlah nilai yang diperoleh masing-masing responden dalam bentuk prosen.
Prosentase nilai kategori sangat mengetahui dengan kriteria 84,00 – 100.
Kategori mengetahui dengan kriteria 68,00 – 83,99 . Kategori ragu-ragu dengan
kriteria 52,00 – 67,99 kategori kurang mengetahui dengan kriteria 36,00 – 51,99
sedangkan kategori tidak mengetahui dengan kriteria 20, 00 – 35,99. Disrtibusi
frekuensi pengetahuan dan aspek pengetahuan dapat dilihat pada tabel 9 dan 10
dibawah ini.
No
|
Kategori
Pengetahuan
|
Singkatan
|
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Sangat
Mengetahui
|
SM
|
52
- 67.99
|
0
|
0.00
|
2
|
Cukup
Mengetahui
|
CM
|
52
- 67.99
|
0
|
0.00
|
3
|
Mengetahui
|
M
|
52
- 67.99
|
6
|
100.00
|
4
|
Kurang
Mengetahui
|
KM
|
36
- 51.99
|
0
|
0.00
|
5
|
Tidak
Mengetahui
|
TM
|
20
- 35.99
|
0
|
0.00
|
|
Jumah
|
|
|
6
|
100.00
|
Tebel 8. Distribusi
frekuensi Pengetahuan dari 6 pertanyaan
Keterangan :
-
Jumlah nilai tertinggi 67.99 dan terendah 20
No
|
Kategori
Pengetahuan
|
Singkatan
|
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Sangat
Mengetahui
|
SM
|
84
- 100
|
0
|
0.00
|
2
|
Cukup
Mengetahui
|
CM
|
68
- 83.99
|
2
|
10.00
|
3
|
Mengetahui
|
M
|
52
- 67.99
|
16
|
80.00
|
4
|
Kurang
Mengetahui
|
KM
|
36
- 51.99
|
2
|
10.00
|
5
|
Tidak
Mengetahui
|
TM
|
20
- 35.99
|
0
|
0.00
|
|
Jumah
|
|
|
20
|
100.00
|
-
Kriteria berdasarkan prosentese jumlah nilai yang
diperoleh setiap responden
Tabel 9. Distribusi
frekuensi aspek pengetahuan dari 20 responden
Keterangan :
-
Jumlah nilai tertinggi 100 dan terendah 20
-
Kriteria berdasarkan prosentese jumlah nilai yang
diperoleh dari setiap butir pertayaan
2)
Sikap petani dibagi menjadi 5 kategori yaitu kategori
sangat membutuhkan, cukup membutuhkan, membutuhkan, kurang membutuhkan,dan
tidak membutuhkan berdasarkan jumlah
nilai yang diperoleh masing-masing responden dalam bentuk. Prosentase nilai
kategori sangat membutuhkan dengan kriteria 84 - 100.
Kategori cukup membutuhkan dengan kriteria 68 - 83,99.
kategori Membutuhkan dengan kriteria 52 - 67,99.
Kategori kurang membutuhkan dengan kriteria 36 -
51,99 sedangkan kategori tidak membutuhkan dengan Kriteria 20-35,99. Disrtibusi
frekuensi sikap dan aspek sikap dapat dilihat pada tabel 11 dan 12 dibawah ini.
Tabel 10. Distribusi
frekuensi sikap dari 5 pertanyaan
No
|
Kategori Sikap
|
Singkatan
|
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Sangat Membutuhkan
|
SM
|
52 - 67.99
|
0
|
0.00
|
2
|
Cukup Membutuhkan
|
CM
|
52 - 67.99
|
0
|
0.00
|
3
|
Membutuhkan
|
M
|
52 - 67.99
|
5
|
100.00
|
4
|
kurang Membutukan
|
KM
|
36 - 51.99
|
0
|
0.00
|
5
|
Tidak Membutuhkan
|
TM
|
20 - 35.99
|
0
|
0.00
|
|
Jumah
|
|
|
5
|
100.00
|
Keterangan :
-
Jumlah nilai tertinggi 67.99 dan terendah 20
-
Kriteria berdasarkan prosentese jumlah nilai yang
diperoleh dari setiap responden
No
|
Kategori
Sikap
|
Singkatan
|
Kriteria
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Sangat
Membutuhkan
|
SM
|
84
- 100
|
0
|
0.00
|
2
|
Cukup
Membutuhkan
|
CM
|
68
- 83.99
|
6
|
30.00
|
3
|
Membutuhkan
|
M
|
52
- 67.99
|
12
|
60.00
|
4
|
kurang
Membutukan
|
KM
|
36
- 51.99
|
2
|
10.00
|
5
|
Tidak
Membutuhkan
|
TM
|
20
- 35.99
|
0
|
0.00
|
|
Jumah
|
|
|
20
|
100.00
|
Tabel 11. Distribusi
frekuensi aspek sikap dari 20 responden
Keterangan :
-
Jumlah nilai tertinggi 100 dan terendah 20
-
Kriteria berdasarkan prosentese jumlah nilai yang
diperoleh dari setiap butir pertanyaan.
3)
Narasi Hasil Evaluasi
a.
Interpretasi terhadap hasil analisis
b.
Hasil evaluasi yang ditetapkan adalah : 80 % petani
mengetahui sistem tanam jajar legowo dan 80 % petani menerima teknologi
tersebut.
c.
Penjelasan hasil analisis adalah sebagai berikut:
-
Pada tabel 8. Tingkat pengetahuan petani terhadap
materi yang disampaikan pada sistem tanam jajar legowo padi sawah dari 6
pertanyaan berada pada kategori
mengetahui dengan kriteria 52 - 67.99
dan jumlah frekuensi 16 orang atau sama dengan 80 % frekuensi relative.
-
Pada tabel 9. Distribusi aspek pengetahuan dari 20
responden, aspek pengetahuan petani berada pada kategori mengetahui dengan
kriteria 52 -
67.99 dan jumlah frekuensi 6 atau sama dengan 100 % frekuensi relative
-
Pada tabel 10. Distribusi sikap dari 5 pertanyaan,
penerimaan petani terhadap teknologi yang disampaikan pada sistem tanam jajar
legowo padi adalah berada pada kategori membutuhkan dengan kriteria 52 - 67.99 dan jumlah frekuensi 12 atau sama dengan
60 % frekuensi relative
-
Pada tabel 11. Distribusi aspek sikap dari 20
responden, aspek sikap petani berada pada kategori sangat membutuhkan dengan
kriteria 52 - 67.99 dan jumlah frekuensi 5
atau sama dengan 100 % frekuensi relative
d.
Kesimpulan evaluasi
Dari hasil evaluasi ini dapat disimpulkan bahwa tujuan
penyuluhan pertanian yang disampaikan lewat kegiatan sistem tanam jajar legowo
padi sawah di desa malangrejo sudah tercapai dari aspek pengetahuan, dan aspek
sikap sedangkan aspek keterampilan, perlu waktu lain untuk praktikan dapat
mengevaluasinya karena perlu waktu dan dana yang lebih untuk melakukan praktek
langsung untuk menjajak keterampilan Petani responden.
Hal ini disebabkan oleh petani peserta sistem tanam
jajar legowo adalah petani pemilik lahan dan penggarap yang terlibat langsung
dilahan pada setiap tahapan budidaya, walaupun ada sebagian kecil yang lahan
sawah penggarapnya adalah buruh-buruh tani yang tidak terlibat pada kegiatan
sistem tanam jajar legowo tersebut.
f. Menyusun Laporan Evaluasi Sesuai dengan
Sistimatika Penulisan
1)
Penjelasan adanya permasalahan yang ingin dipecakan
atau di jawab dalam evaluasi ini. Penjelasn ini di muat dalam bab pendahuluan
yang mencakup bagaimana rumusan masalahnya, latar belakang mengapa masalah
tersebut dipilih untuk dievaluasi, tujuan yang ingin dicapai dalam masalah
tersebut dan tinjauan teori atau kepustakaan.
2)
Penjelasan tentang aspek metodologis yang berisi
pendekatan evaluasi yang digunakan, tahapan-tahapan evaluasi dan teknik untuk
mencapai standar
3)
Menyajikan hasil evaluasi dari hasil pengolahan dan
analisis
4)
Menarik kesimpulan atas dasar hasil evaluasi
5)
Membuat kerangka atau outline laporan yang bersikan :
-
BAB I :
Pendahuluan
-
BAB II :
Pembahasan Kepustakaan
-
BAB III :
Metodologi Evaliasi
-
BAB IV :
Hasil-hasil evaluasi
-
BAB V :
Pembahasan Hasil Evaluasi
-
BAB VI :
Kesimpulan dan Saran
B. Pembahasan
Dari analisis data yang
diolah dan tabulasi perhitungan statistik deskritif dapat diketahui :
1. Tingkat Pengetahuan Petani
Tingkat
ketercapaian atau keberhasilan pada kegiatan penyuluhan yang disampaikan pada
sistem tanam jajar legowo padi sawah dari segi pengetahuan telah tercapai 90 %.
Hal ini terlihat dari :
a.
Kemampuan menjawab pertayaan
b.
Kemampuan responden dalam menjawab 6 butir pertanyaan
(soal) yang diketahui responden, pertanyaan yang diketahui terbanyak aspek
pengetahuan petani berada pada kategori mengetahui
dengan kriteria 52 - 67.99 dan jumlah
frekuensi 16 orang atau sama dengan 80 % frekuensi relative. Sedangkan jumlah
responden terbanyak kedua berada pada kategori cukup mengetahui dan kurang mengetahui dengan kriteria 68
- 83,99 dan 36 -51.99 dengan
jumlah frekuaesi 2 orang atau sama dengan 10 %.
c.
Rentang nilai yang diperoleh
Rentang nilai yang diperoleh pada evaluasi terhadap
materi yang disampaikan pada sistem tanam jajar legowo padi sawah dari 20
responden berada pada kategori sangat mengetahui dengan kriteria 84,00 – 100 dan jumlah frekuensi 6 atau sama
dengan 100 % frekuensi relative
2. Tingkat sikap petani
Tingkat ketercapaian atau keberhasilan pada kegiatan
penyuluhan yang disampaikan pada sistem tanam jajar legowopadi sawah dari segi
penerimaan atau sikap telah tercapai 80 %. Hal ini terlihat dari :
a.
Kemampuan menjawab pertayaan
Kemampuan responden dalam menjawab 5 butir pertayaan
(soal) yang diketahui responden, berada pada kategori membutuhkan dengan
kriteria 52 - 67.99 dan jumlah frekuensi 12 atau sama dengan 60 % frekuensi
relative. Sedangkan jumlah responden terbanyak kedua berada pada kategori cukup
membutuhkan dengan kriteria 68 - 83,99 dengan jumlah frekuaesi 6 orang atau
sama dengan 30 %.
b.
Rentang nilai yang diperoleh
Rentang nilai yang diperoleh pada evaluasi terhadap
materi yang disampaikan pada sistem tanam jajar legowo padi sawah dari 20
responden berada pada kategori Membutuhkan
dengan kriteria 52 - 67.99 dan jumlah frekuensi 5 atau sama dengan 100 %
frekuensi relative.
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil dan
pembahasan evaluasi ini dapat disimpulkan :
1.
Tingkat ketercapaian atau keberhasilan kegiatan
penyuluhan pertanian yang dilakukan melalui sekolah lapang pengelolaan tanaman
terpadu padi sawah khususnya pada sistem tanam Jajar legowo oleh penyuluh
pertanian di BPP Kecamatan Banyuurip di Desa Malangrejo dari tingkat pengetahuan
telah tercapai 90 %.
2.
Dari tingkat penerimaan atau sikap petani telah
tercapai 80 %.
3.
Sedangkan untuk tingkat Keterampilan belum dilakukan
evaluasi..
B. Saran
1.
Diharapkan agar dalam kegiatan penyuluhan pertanian di
Desa Malangrejo Kecamatan Banyuurip kedepan lebih difokuskan pada kegiatan
praktek bersama atau pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan
penerimaan (sikap) serta keterampilan petani sehingga teknologi yang
disampaikan dapat diterapkan oleh petani secara maksimal.
2.
Diharapkan agar kelompok tani dapat merencanakan untuk
melakukan kegiatan pelatihan atau penyuluhan dengan metode demonstrasi cara
sehingga dapat meningkatkan keterampilan anggota poktan dalam teknologi
budidaya padi.
3.
Kedepannya diharapkan ada waktu dan dana yang cukup
untuk melakukan evaluasi secara keseluruhan dari PSK petani hingga ke tingkat
Adopsi teknologi
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dan Cepi ,SAJ. 2004.Evaluasi Program
Pendidikan. Sinar grafika:Jakarta.etd.repository.ugm.ac.id/.../67101/.../S2-2014-343848-bibliography.pdf
(diakses tanggal 8 juni 2015)
Tim BPTP
Jateng.2014 Petunjuk Sistem Tanam Jajar Legowo
Video CD. Penyuluhan.Jawa
Tengah:BPTP
Tim
STPP 2015.Modul Modul Pendampingan
Program Upsus Yogyakarta: kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan
Pengembangan SDM Pertanian.Yogyakarta: STPP
--------
2015.Petunjuk Teknis Pengujian Teknologi Program Upsus. Yogyakarta:
Kementerian Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian. Yogyakarta:
STPP
Undang-undang
No. 7 Tahun 1996.Tentang Pangan, Media Elektronik (http://codexindonesia.bsn.go.id/uploads/download/UU_Pangan_No.18__.pdf.
Jakarta : Presiden Republik Indonesia.
No comments:
Post a Comment