To kaili

Sunday, February 1, 2015

Peran Penyuluh Untuk Swasembada Pangan


Program swasembada pangan adalah harga mati dan harus terwujud demi kesejahteraan rakyat. Kita harus yakin bisa mencapai swasembada pangan. “Nyawa saya sebagai taruhannya,” itu sudah saya tekankan berkali-kali di berbagai kesempatan.
Ihwal program swasembada pangan yang merupakan langkah menuju sesuatu yang lebih subtantif –yaitu, kedaulatan pangan-- adalah target besar bagi pemerintahan Joko Widodo. Pencapaian swasembada pangan akan dengan sendirinya menaikkan kehormatan bangsa dalam percaturan internasional sebagai bangsa yang memiliki dua anugerah sekaligus sebagai negara agraris yang kaya dibarengi potensi maritimnya yang melimpah.
Salah satu elemen penting dalam mewujudkan swasembada pangan yang sebenarnya hal yang jamak saja - mengingat kita adalah negara agraris - adalah penyuluh pertanian. Tenaga bantuan penyuluh pertanian ini menjadi salah satu dari lima syarat pencapaian swasembada pangan, selain irigasi, benih, pupuk, dan alat mesin pertanian (alsintan). Setelah 14 provinsi yang saya lihat secara langsung di lapangan, kelima hal ini jugalah yang kini justru menjadi masalah yang menghambat kemajuan di bidang pertanian.
Padahal melalui penyuluhan yang baik, pelaku usaha pertanian yaitu petani akan memiliki keterampilan menggunakan metode-metode baru pertanian yang lebih efisien. Dan niscaya dalam waktu dekat akan berdampak dalam mendukung upaya kita menuju swasembada pangan. Melalui pemberdayaan penyuluh, saya yakin, kita akan segera membuat dunia terkesima. Tetapi, faktanya, untuk melatih para petani ini, Kementerian Pertanian kekurangan tenaga penyuluh. Kita masih membutuhkan 70.000 penyuluh. Jumlah saat ini yang hanya 20.000 penyuluh jelas jauh dari angka ideal.
Karenanya, itu merupakan alasan logis Kementerian Pertanian melibatkan bintara pembina desa (Babinsa) TNI Angkatan Darat menjadi penyuluh pertanian akibat kekurangan tenaga penyuluh ini. Tambahan tenaga penyuluh dari unsur tentara ini diharapkan dapat mendukung upaya swasembada pangan yang dicanangkan pemerintah.
Upaya menggandeng TNI Angkatan Darat telah dikukuhkan pada hari Kamis, 8 Januari 2015 lalu, dengan menandatangani nota kesepahaman dengan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Gatot Nurmantyo. Sebanyak 50.000 Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari TNI Angkatan Darat (TNI AD) akan dikerahkan sebagai tenaga penyuluh pertanian di sentra-sentra produksi pertanian. Sungguh, bantuan dari KSAD ini merupakan jalan paling mungkin ditempuh dalam waktu singkat mengatasi masalah kekurangan penyuluh. Tentu selanjutnya bagaimana secara efektif melatih Babinsa yang diterjunkan untuk menjadi penyuluh pertanian yang tangguh. Untuk menindaklanjuti kerjasama ini, beberapa personel TNI AD sudah melakukan kunjungan ke Bone. Pengetahuan penyuluhan yang didapat di sana nanti akan dikembangkan di Kodam masing-masing.
Keputusan saya ini, memang terinspirasi dari suksesnya Babinsa sebagai penyuluh pertanian di Bone, Sulawesi Selatan. Hitungan sukses itu adalah mereka terbukti mampu meningkatkan produksi padi menjadi 6 juta ton padi pada sawah seluas 2.000 hektar. Pelibatan Babinsa berkorelasi langsung dengan tingkat produktivitas.
Pembinaan yang dilakukan Babinsa di Sulawesi Selatan ini, dari 2.400 hektar lahan, produktivitas dari 6 ton menjadi sekitar 9 ton. Jadi ada kenaikan 3 ton. Kalau pembinaan Babinsa mencapai 2 juta hektar dikalikan 3 ton, itu menjadi 6 juta ton. Insya Allah, berdasarkan pergerakan angka itu, kita sudah masuk dalam kualifikasi swasembada. Jadi, sebenarnya kerja sama ini sudah pernah dilakukan sebelumnya, bukan sesuatu yang sama sekali ahistoris.
Saya meminta para penyuluh pertanian agar mampu berkontribusi nyata dan merangkul petani. Selain tentu saja perlu menggunakan mind set orang-orang sukses: berpikir positif, jujur, dan penuh disiplin dalam bekerja. Sehingga target swasembada dapat segera raih dalam waktu yang tidak terbilang lama.
Saya tegaskan kembali betapa penting peran penyuluh pertanian ini sebagai bagian dari faktor penentu keberhasilan swasembada pangan. Pendampingan petani menjadi hal bukan saja relevan tetapi sangat urgen dalam proses ikhtiar kita meningkatkan produksi pertanian kita. Kepada calon penyuluh yang saat ini masih menimba ilmu di STPP (Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian), secara khusus saya sampaikan, manfaatkanlah masa-masa itu dengan ketekunan yang sungguh-sungguh. Kapasitas Anda sangat diharapkan dalam mendukung pencapaian swasembada pangan agar kedaulatan pangan kita menjadi konkret dan kuat. Itu bagian dari tugas bangsa yang mengandalkan kemampuan Anda sekalian: setiap elemen bangsa harus berniat dan mengaktualisasikan kemampuannya.
Kalau saya boleh jujur, tidak sedikit kendala yang dihadapi untuk program swasembada pangan. Karena itu pula, saya berusaha bergerak secepat mungkin, menemukan masalah mencarikan solusi bersama-sama. Kalau selama ini swasembada pangan adalah mimpi, saya bersama-sama dengan Anda para penyuluh --dan siapa pun yang peduli dengan pertanian kita-- tidak terima bila mimpi swasembada pangan terus menghantui kita.
Cara terbaik untuk meninggalkan mimpi adalah segera bangun: bangkit! Dan kita sudah terjaga pagi-pagi sekali memulai kerja membangun mimpi menjadi kenyataan. Kita akan berhasil, tentu saja kita akan berhasil, bila kita tidak pernah meremehkan bahwa kita memang mampu. Jalan terbaik untuk tidak meremehkan potensi kemampuan kita sendiri adalah kerja, kerja, dan kerja.

Sumber :http://tabloidsinartani.com/read-detail/read/penting-kontribusi-penyuluh/ diakses tgl 2 /2/2015

No comments:

apa yang anda cari ?