PENGARUH PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN
JAGUNG
OLEH
SEMESTER 1
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN
JOGJAKARTA
TAHUN 2012
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
-
Penggunaan pupuk organik masih relatif rendah.
-
Ketersediaan pupuk organik sangat banyak.
-
Biayanya lebih rendah.
-
Ramah lingkungan
-
Untuk tujuan penelitian
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah ada pengaruh pupuk organik terhadap
pertumbuhan.
2.
Apa pengaruh pupuk organik terhadap
produktivitas.
3.
Berapa besar keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan pupuk organik.
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk
organik terhadap pertumbuhan tanaman.
2.
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk
organik terhadap produktivitas.
3.
Untuk mengetahui berapa besar keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan pupuk organik.
D.
Manfaat
1.
Bagi penulis, untuk mengembangkan pengetahuan
dan kemampuan tentang pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap tanaman
jagung.
2.
Bagi petani, sebagai rekomendasi bagi petani
untuk usaha taninya.
3.
Bagi dinas pertanian setempat, sebagai bahan
pertimbangan untuk rekomendasi penggunaan pupuk organik pada tanaman jagung.
4.
Bagi dunia pendidikan, sebagai sumber informasi
yang terkait dengan penelitian selanjutnya tentang pengaruh penggunaan pupuk
organik pada tanaman jagung.
II.
KERANGKA TEORI
A.
Tinjauan Pustaka
1. Biologi
a.
Deskripsi varietas
b.
Varietas
c.
Pemupukan
d.
Pertumbuhan
e.
Perkembangan
f.
Produktivitas
2.
Teori Pupuk Organik
a.
Jenis-jenis pupuk
b.
Kandungan Unsur hara
c.
Dosis pupuk
d.
Waktu Pemupukan
3.
Analisa keuntungan
a.
Rumus mencari keuntungan (O/I Ratio, ROI)
B.
Kerangka Pemikiran
Sehubungan
dengan produktivitas yang masih rendah, menyembabkan negara Indonesia masih
melakukan impor jagung dari berbagai negara tetangga. Angka impor jagung masih.
sangat tinggi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya peningkatan
produktivitas tanaman jagung di Indonesia dengan berbagai upaya, salah satunya dengan
penggunaan pupuk organik.
Dengan
penggunaan pupuk organik diharapkan akan terjadi peningkatan produktivitas
sehingga tercapainya swasembada nasional. Dari uraian tersebut dibuat bagan
sebagai berikut :
C.
Hipotesis
1.
Diduga penggunaan pupuk organik akan
mempengaruhi pertumbuhan.
2.
Diduga penggunaan pupuk organik akan
meningkatkan produktivitas.
3.
Diduga penggunaan pupuk organik akan meningkatkan
keuntungan.
III. METODE PENELITIAN
- Metode dan Pengumpulan Data
Lokasi penelitian di desa
Nekbaun, kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang. Dengan metode sebagai berikut, dua petak
perlakuan dengan petak pertama diberi
pupuk organik sebanyak 2 ton per hektar, urea sebanyak 2 kuintal, TSP 1
kuintal, sedang perlakuan kedua tanpa pupuk organik, tetap menggunakan pupuk
urea sebanyak 2 kuintal dan TSP 1 kuintal. Perawatan tanaman pada masing masing
petak sama.
Pengumpulan data yaitu dengan
pengukuran tinggi tanaman, diameter batang, jumlah dan warna daun. Pengamatan
dilakukan pada umur 1 minggu, 2 minggu, dam 1 bulan.
Untuk mengetahui produktivitas,
yaitu dengan cara pengubinan dan penimbangan, dan untuk mengetahui keuntungan,
dihitung biaya dan hasil penjualan.
B. Variabel dan Pengukuran
Variabel dan pengukuran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Pupuk Organik yaitu pupuk terdiri dari campuran bahan
organik yang telah mengalami pelapukan dan pengomposan dengan ciri berwarna
hitam.
2.
Produktivitas
yaitu hasil yang produksi tanaman dalam satuan hektar.
3.
Biaya adalah semua korbanan ekonomis yang
diperlukan untuk menghasilkan suatu produk, atau semua pengeluaran dinyatakan
dengan uang untuk menghasilkan suatu produk
4. Biaya Tetap ( Fixed Cost ) adalah
biaya yang tidak berubah (konstan) tanpa tergantung dari volume produksi selama
periode tertentu. Untuk menghitung biaya tetap dihitung penyusutannya.
5. Biaya Variabel ( Variable Cost )
adalah merupakan biaya yang berubah
secara langsung sesuai vulume produksi
yang dihasilkan. Besarnya biaya variabel dihitung sesuai sarana produksi yang
dihabiskan dalam satu kali proses produksi.
6. Biaya Total adalah jumlah biaya tetap dan
biaya Variabel
5. Jangka usia Ekonomis adalah taksiran
berapa tahun umur alat dapat dipergunakan secara ekonomis
6. Nilai baru adalah nilai alat baru yaitu harga pembelian alat baru
7. Nilai sisa adalah taksiran nilai alat
setelah habis jangka usia ekonomisnya.
Nilai baru
- Nilai sissa
8.
Penyusutan alat /
tahun =
Jangka usia Ekonomis
9. Keuntungan adalah penerimaan dikurangi total biaya
10.TR ( Total revenue ) atau total
penerimaan = Q X P
Q = Jumlah produk yang dihasilkan
, P (Price) = Harga produk
- Metode Analisa.
Untuk menguji Hipotesis yang telah dirumuskan pada
penelitian ini maka dilakukan analisis pengujian Hipotesis sebagai berikut :
1. Analisa Pengujian Hipotesis I
Hipotesis I :
Diduga
penggunaan pupuk organik akan mempengaruhi pertumbuhan. Untuk mengetahui
pengaruh pertumbuhan, maka dilakukan pengukuran tinggi tanaman, diameter
batang, jumlah dan warna daun secara bertahap yaitu pada umur 1 minggu, 2
minggu dan 1 bulan.
Hipotesis
II :
Diduga penggunaan pupuk organik akan
meningkatkan produktivitas. Untuk menjawab ini, saat tanaman telah siap panen
maka dilakukan pengubinan, pengolahan, pemipilan, dan penimbangan.
Hipotesis III :
Diduga penggunaan pupuk organik akan
meningkatkan keuntungan. Untuk menjawab ini maka dilakukan perhitungan mulai
dari biaya-biaya hingga hasil penjualan dari jagung pipilan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Petani Responden
Data petani responden ( sampel) yang melakukan pengolahan ubi kayu mernnjadi
selondok dapat dilihat dalam tabel 2
Tabel 2. Petani
Responden pelaku pengolahan ubikayu menjadi selondok
No
|
Uraian
|
Hasil
|
Persentase
(%)
|
1
2
|
Umur
20-35
36 - 50
> 51
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi
|
6
12
12
14
9
7
-
|
20
40
40
47
30
23
-
|
Dari segi umur petani pelaku pengolahan ubi kayu menjadi
selondok, yang berumur 20-25 tahun sebanyak 20 %, berumur 36 – 50 tahun sebanyak 40 % dan berumur diatas 51 tahun sebanyak 40 %. Ini
menunjukan bahwa pelaku pengolah ubikayu menjadi selondok didominasi oleh
orang-orang tua , menunjukan bahwa untuk
menjalankan usaha ini tidak memerlukan
tenaga yang kuat masih bisa dikerjakan oleh orang-orang tua. Sedang ditinjau
dari segi pendidikan petani responden SD
47 %, pendidikan SLTP sebesar 30 % dan pendidikan SLTA sebesar 23 % ini
menunjukan bahwa pelaku pengolah ubikayu menjadi selondok didominasi oleh
pendidikan SD, karena untuk usaha ini tidak perlu pendidikan tinggi cukup
dikerjakan oleh orang yang berpendidikan rendah sehingga pengolahan ubikayu
menjadi selondok bisa dikembangkan di pedesaan yang mayoritas masih berpendiidkan
SD.
B. Analisa Pengujian Hipotesis .
Sesuai
dengan tujuan penelitian yaitu
Menganalisis keuntungan , kelayakan usaha dan nilai tambah dari
pengolahan ubikayu menjadi produk olahan makanan Selondok , maka dalam analisa
hasil akan terjawab rumusan masalah sekaligus pengujian hipotesis
yang telah dirumuskan. Hasil Analisa
dari pengujian hipotesis disajikan dalam table 3.
Tabel 3. Analisa Kelayakan Usaha pengolahan ubi kayu menjadi Selondok
Uraian
|
Bahan
69 Kg
(rerata)
|
Konversikan
Bahan
|
|
50 kg
|
100 kg
|
||
Produksi Selondok ( Q)
|
21,7
|
15,7
|
31,4
|
Harga /kg
(Rata-rata n = 30 )
|
8.976
|
8.976
|
8.976
|
Biaya ( rata-rata)
|
|
|
|
Tetap
|
2.175
|
2.175
|
2.176
|
Variabel
|
114.999
|
83.332
|
166.664
|
Tenaga kerja
|
26.750
|
19.384
|
38.768
|
Total biaya (a)
|
143.924
|
104. 891
|
207.608
|
Penerimaan (b) Q X P
|
194.779
|
140.923
|
281.846
|
Keuntungan
( b - a )
|
50.855
|
36.032
|
74.238
|
Nilai Tambah
|
1,35
|
||
ROI (%)
|
35,33
|
Sumber : Olah data Primer 2009
Pengolahan
ubi kayu menjadi bahan makanan olahan Selondok yang dilakukan oleh petani di
desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang , Kabupaten Kulon Proggo, pada umumnya
petani melakukan satu kali proses pengolahan atau satu kali pembuatan
menggunakan bahan ubikayu antara 50- 100 kg., dan dalam kurun waktu satu bulan
petani melakukan pengolahan sebanyak 25 – 30 kali. Dari hasil analisa
hasil diperoleh bahwa dari sample petani sebanyak 30 orang , rata-
rata satu kali proses pembuatan menggunakan bahan ubi kayu sebanyak 69kg
dari bahan tersebut dihasilkan Selondok 21,7 kg atau 31, 4 kg selondok
untuk bahan ubi kayu 100 kg .
Biaya Pengolahan
ubi kayu menjadi selondok terdiri dari biaya variable yaitu biaya yang berubah-ubah secara langsung sesuai vulume produksi yang dihasilkan.
Besarnya biaya variabel dihitung sesuai sarana produksi / bahan-bahan yang
dihabiskan dalam satu kali proses produksi.
Biaya variable ini merupakan
biaya yang paling besar yaitu sebesar
Rp.114.999 ( 79,90 %), dan biaya tetap yaitu biaya yang tidak berubah (konstan)
tidak tergantung dari volume produksi yang
dihasilakan. Untuk menghitung biaya tetap dihitung penyusutannya selama periode
tertentu, untuk pengolahan ubi kayu menjadi selondok penyusutan dihitung selama
1(satu) hari karena satu kali proses produksi / pengolahan hanya membutuhkan
waktu 1(satu) hari, .besarnya biaya
tetap sebesar Rp. 2.175 ( 1,5 %). Biaya tenaga kerja Rp 26.750 ( 18,6%), pada umumnya tenaga kerja
yang digunakan adalah tenaga kerja keluarga sehingga biaya tenaga kerja ini
sesungguhnya tidak dikeluarkan
Keuntunganan yaitu Penerimaan ( QXP) dikurangi total biaya, besarnya
keuntungan yang diperoleh satu kali
pembuatan dengan bahan ubi kayu 69 kg
sebesar Rp 50.855 atau dalam waktu sebulan memperoleh keuntungan
antara Rp 1.271.375
s/d Rp 1.525.650, - apabila
dikonversikan ke dalan bahan ubi kayu 100 kg maka diperoleh keuntungan Rp
74.238 dalam sekali proses pembuatan
atau diperoleh keuntungangan antara Rp 1.855 950 s/d Rp 2.227.140,- per bulan dengan asumsi dalam 1 bulan
melakukan pengolahan 25 s/d 30 kali. Keuntungan atau pendapatan sebesar itu
cukup besar karena hanya merupakan
penghasilan sampingan / tambahan , dikerjakan diluar pekerjaan utamanya
yaitu sebagai petani pengelola usaha
pertanian, ternak dan ada juga yang bekerja diluar sektor pertanian.
Menguji Kelayakan Usaha Pengolahan Ubikayu menjadi
Selondok. Untuk menguji kelayakan usaha dilakukan analisa Keuntungan dan Analisa Return on Invesment ( ROI)
. Dari tabel 3 menunjukan bahwa Pengolahan
Ubikayu menjadi Produk Selondok layak usaha. Keuntungan merupakan Penerimaan ( QXP) dikurangi total biaya,
keuntungan yang diperoleh dari pembuatan 100 kg ubi kayu menjadi selondok
sebesar Rp74.238 sekali proses pembuatan atau diperoleh keuntungangan antara Rp
1.855 950 s/d Rp 2.27.140,- per bulan.
dan diperoleh nilai Return on Invesment (ROI) 35 %, ini jauh lebih besar dari
bunga tabungan yang berlaku di bank . Besarnya bunga tabungan di bank sekitar 5
% per tahun atau 0,41% per bulan
yang berarti prosentase
keuntungan atau ROI pengolahan ubi kayu menjadi Selondok jauh lebih besar dari bunga bank sehingga
pengolahan ubikayu menjadi selondok layak usaha.
Nilai Tambah yang diberikan dari pengolahan
ubi kayu menjadi Selondok adalah 1,35 yang berarti
bahwa setiap penambahan input Rp. 100,-
memperoleh tambahan output/
penghasilan Rp.135,-.disamping itu
pengolahan ubi kayu menjadi selondok juga memberi nilai tambah berupa : 1) Menciptakan peluang dan kesempatan kerja baru
dipedesaan, banyak keluarga tani yang terlibat dalam pengolahan ubi kayu
menjadi selondok rata-rata dalam satu keluarga 2- 4 tenaga kerja yang telibat.
2). Memberikan nilai tambah produk primer, Ubi kayu yang semula harganya sangat
murah Rp 800 per kg dan setelah diolah
menjadi Selondok harganya Rp 9.000 per kg,
Apila dibandingkan dari 100 kg Ubi kayu dengan nilai Rp 80 000 menjdi
Selondok 31- 33 kg dengan nilai Rp 288.000. 3).
Meningkatkan kesejahteraan bagi pelakunya (petani ), usaha
agribisnis ubi kayu apabila petani melaksanakan Sub system Produksi dan diteruskan ke pengolahan selondok akan
meningkatkan kesejahteraannya . Sebagai gambaran agribisnis Ubikayu pada sub Sistem Produksi dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4.
Analisa keuntungan Usaha budidaya
Ubi kayu ( Luas lahan 2000 m 2 )
Uraian
|
Jumlah
(Rp)
|
Biaya
Variabel
a. Pengolahan tanah
b. Pembelian pupuk
c. Tenaga pemeliharaan
Tetap
Jumlah biaya
Penerimaan (
QXP)
2500 Kg a Rp
800
Keuntungan :
|
500.000
175. 000
200.000
25.000
900.000
2.000.000
1.100.000
|
Sumber : Olah data Primer 2009
Keuntungan yang diperoleh usaha budidaya ubi kayu
dengan luas lahan 2000 m2, sebesar Rp Rp 1.100.000 dalam kurun waktu 8 bulan , sehingga rata-rata
keuntungan atau pendapatan per bulan 137.500.000, Apabila petani juga melakukan pengolahan ubikayu menjadi
Selondok maka dari produk primer ( ubi kayu ) 2. 500 kg akan menghasilkan
tambahan pendapatan Rp 74 238 X 25 =
Rp1.855.950 atau Rp.231.993,- per bulan ini berarti akan menambah atau meningkatkan
kesejahteraanya petani sebagai pelaku agribisnis.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Pengolahan Ubikayu menjadi Selondok yang
dilakukan oleh petani Desa Banjarharjo, Kecamatam Kalibawang , Kabupaten
Kulonprogo menguntungkan dan layak usaha ( feasible). keuntungan yang
diperoleh dari pengolahan ubikayu 100 kg sebesar Rp 74.238 atau diperoleh keuntungangan antara Rp 1.855 950 s/d Rp 2.227.140 per
bulan dengan asumsi dalam 1 bulan melakukan pengolahan 25 s/d 30 kali.,
Analisis Return on Invesment ( ROI ) diperoleh
35 %, ini jauh lebih besar dari bunga tabungan yang berlaku di bank .
Besarnya bunga tabungan di bank saat ini
sekitar 5 % per tahun atau
0,41% per bulan
2.
Nilai
Tambah yang diberikan dari pengolahan ubi kayu menjadi Selondok adalah 1,35 yang berarti
bahwa setiap penambahan input Rp. 100,-
memperoleh tambahan output/
penghasilan Rp.135,-.disamping itu
pengolahan ubi kayu menjadi selondok juga memberi nilai tambah berupa menciptakan
peluang dan kesempatan kerja baru dipedesaan, Memberikan nilai tambah produk
primer, dan meningkatkan kesejahteraanya petani sebagai pelaku
agribisnis.
- Saran
1. Agroindustri atau pengolahan hasil merupakan
bagian dari system agribisnis, keberadaanya sangat penting sehingga perlu
dikembangkan didaerah sentra-sentra produksi pertanian contoh sentra-sentra produksi
ubikayu, karena dapat meningkatkan
keuntungan, peningkatan kesejahteraan dan
menciptakan lapangan pekerjaan di
pedesaan .
2. Perlunya peningkatan kualitas produk dari
produk Selondok yang dihasilkan oleh para pelaku bisnis pengolahan ubikayu
menjadi selondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonn
Progo, sehingga akan lebih menguntungkan lagi dan produknya bisa diterima /
dipasarkan kedaerah yang lebih luas.
3. Perlunya tindak lanjut oleh Pemerintah Daerah
, dalam hal ini Dinas Pertranian dan Perindustrian, Kabupaten Kulon Progo dalam
upaya pembinaan , peningkatan kualitas dan pengembangan agroindustri ubikayu di Desa Banjarharjo, Kecamatan
Kalibawang, Kabupaten Kulun Progo dimasa
mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. 1998. Managemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi II. ALFABETA, Jakarta.
Badan Pendidikan Dan
Latihan Pertanian.1993. Agribisnis seri VII. Badan Pendidikan Dan Latihan
Pertanian, Proyek Pengembangan Penyuluhan Pertanian Pusat Departemen
Pertanian,Jakarta
Gumbira Said, E. 2001.
Managemen Agribisnis. Ghalia Indonesia, Jakarta
Nazir , M. 1998. Metode
Penelitian . Ghalia Indonesia, Jakarta
Rukmana, Rahmad.1997.
Budidaya dan Pasca Panen Ubikayu Cetakan 1 Kanisius,Yogyakarta
Salvatore, D.2001
Managerial Economics dalam Perekonomian Global alih bahasa oleh M.Th Anitawati
Ed 4. Erlangka, Jakarta
L ampiran 1 . Kuesner Penelitian
Pengolahan Ubikayu menjadfi Selondok.
1. Indentitas Petani
Nama :
Alamat :
Umur :
Pendidikan :
Lama membuat selondok :
2. Bahan dan alat yang dipergunakan
dalam Industri Selondok
a. Ubi kayu yang digunakan
setiap harinya = .................. Kg
b. Harga ubi kayu per kg .................
c. Apakah bapak /ibu setiap
harinya membuat selondok Ya / Tidak ( coret salah satu), apabila tidak dalam satu
bulan berapa kali membuat
d. Bumbu-bumbu yang digunakan
:
1.bawang putih.......................Nilai Rp
..............................
2.garam dapur........................ Nilai
. Rp..............................
3.
Penyedap/moto ................. Nilai ..Rp.............................
4. Minyak
goreng................... Nilai Rp..............................
5.
.................................. .... .... Nilai Rp..............................
6.
..................................... .......Nilai
.Rp..............................
7
………………………… ….Nilai Rp …………………
Jumlah …………...........….= Rp
3. Tenaga kerja
a.
Jumlah
tenaga kerja yg digunakan per harinya =
...........0rang berasal dari keluarga
/ upah dari luar ( coret salah satu)
b.
Upah
tenaga kerja / hari / orang = Rp
............
c.
Jumlah
upah tenaga kerja seluruhnya / hari (
apabila dari keluarga, perkiraannya ) = Rp.........
4.Jenis alat-alat yang digunakan dalam
pengolahan ubi kayu menjadi Selondok
No comments:
Post a Comment