To kaili

Wednesday, December 4, 2013



PENGARUH PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN JAGUNG









OLEH


SEMESTER 1












SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN (STPP) JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN JOGJAKARTA

TAHUN 2012




















I. PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
-          Penggunaan pupuk organik masih relatif rendah.
-          Ketersediaan pupuk organik sangat banyak.
-          Biayanya lebih rendah.
-          Ramah lingkungan
-          Untuk tujuan penelitian

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah ada pengaruh pupuk organik terhadap pertumbuhan.
2.      Apa pengaruh pupuk organik terhadap produktivitas.
3.      Berapa besar keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pupuk organik.

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman.
2.      Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap produktivitas.
3.      Untuk mengetahui berapa besar keuntungan yang diperoleh dari penggunaan pupuk organik.

D.    Manfaat
1.      Bagi penulis, untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tentang pengaruh penggunaan pupuk organik terhadap tanaman jagung.
2.      Bagi petani, sebagai rekomendasi bagi petani untuk usaha taninya.
3.      Bagi dinas pertanian setempat, sebagai bahan pertimbangan untuk rekomendasi penggunaan pupuk organik pada tanaman jagung.
4.      Bagi dunia pendidikan, sebagai sumber informasi yang terkait dengan penelitian selanjutnya tentang pengaruh penggunaan pupuk organik pada tanaman jagung.




















II. KERANGKA TEORI


A.    Tinjauan Pustaka

1.   Biologi
a.       Deskripsi varietas
b.      Varietas
c.       Pemupukan
d.      Pertumbuhan
e.       Perkembangan
f.       Produktivitas

2.      Teori Pupuk Organik
a.       Jenis-jenis pupuk
b.      Kandungan Unsur hara
c.       Dosis pupuk
d.      Waktu Pemupukan

3.      Analisa keuntungan
a.       Rumus mencari keuntungan (O/I Ratio, ROI)


B.     Kerangka Pemikiran


Sehubungan dengan produktivitas yang masih rendah, menyembabkan negara Indonesia masih melakukan impor jagung dari berbagai negara tetangga. Angka impor jagung masih. sangat tinggi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu adanya peningkatan produktivitas tanaman jagung di Indonesia dengan berbagai upaya, salah satunya dengan penggunaan pupuk organik.
Dengan penggunaan pupuk organik diharapkan akan terjadi peningkatan produktivitas sehingga tercapainya swasembada nasional. Dari uraian tersebut dibuat bagan sebagai berikut :



















 














                                                                  
C.     Hipotesis

1.      Diduga penggunaan pupuk organik akan mempengaruhi pertumbuhan.
2.      Diduga penggunaan pupuk organik akan meningkatkan produktivitas.
3.      Diduga penggunaan pupuk organik akan meningkatkan keuntungan.













































III. METODE  PENELITIAN



  1. Metode dan Pengumpulan Data

            Lokasi penelitian di desa Nekbaun, kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang.    Dengan metode sebagai berikut, dua petak perlakuan dengan  petak pertama diberi pupuk organik sebanyak 2 ton per hektar, urea sebanyak 2 kuintal, TSP 1 kuintal, sedang perlakuan kedua tanpa pupuk organik, tetap menggunakan pupuk urea sebanyak 2 kuintal dan TSP 1 kuintal. Perawatan tanaman pada masing masing petak sama.
            Pengumpulan data yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman, diameter batang, jumlah dan warna daun. Pengamatan dilakukan pada umur 1 minggu, 2 minggu, dam 1 bulan.
            Untuk mengetahui produktivitas, yaitu dengan cara pengubinan dan penimbangan, dan untuk mengetahui keuntungan, dihitung biaya dan hasil penjualan.

B. Variabel dan Pengukuran

            Variabel dan pengukuran  dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Pupuk Organik yaitu pupuk terdiri dari campuran bahan organik yang telah mengalami pelapukan dan pengomposan dengan ciri berwarna hitam.
2.    Produktivitas yaitu hasil yang produksi tanaman dalam satuan hektar.
3.      Biaya adalah semua korbanan ekonomis yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk, atau semua pengeluaran dinyatakan dengan uang untuk menghasilkan suatu produk
4.      Biaya Tetap ( Fixed Cost ) adalah biaya yang tidak berubah (konstan) tanpa tergantung dari volume produksi selama periode tertentu. Untuk menghitung biaya tetap dihitung penyusutannya.
5.      Biaya Variabel ( Variable Cost ) adalah merupakan  biaya yang berubah secara langsung  sesuai vulume produksi yang dihasilkan. Besarnya biaya variabel dihitung sesuai sarana produksi yang dihabiskan dalam satu kali proses produksi.
6.      Biaya Total adalah jumlah biaya tetap dan biaya Variabel
5.      Jangka usia Ekonomis adalah taksiran berapa tahun umur alat dapat dipergunakan secara ekonomis
6.      Nilai baru adalah nilai alat baru  yaitu harga pembelian alat baru
7.      Nilai sisa adalah taksiran nilai alat setelah habis jangka usia ekonomisnya.
                                                   Nilai baru  - Nilai sissa
8.      Penyusutan alat / tahun  =
                                                    Jangka usia Ekonomis

9.      Keuntungan adalah penerimaan  dikurangi total biaya
10.TR ( Total revenue ) atau total penerimaan  = Q X P
          Q  = Jumlah produk yang dihasilkan , P (Price) = Harga produk

  1. Metode Analisa.
Untuk menguji  Hipotesis yang telah dirumuskan pada penelitian ini maka dilakukan analisis pengujian Hipotesis sebagai berikut  :
1. Analisa Pengujian Hipotesis I
 Hipotesis I :

Diduga penggunaan pupuk organik akan mempengaruhi pertumbuhan. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan, maka dilakukan pengukuran tinggi tanaman, diameter batang, jumlah dan warna daun secara bertahap yaitu pada umur 1 minggu, 2 minggu dan 1 bulan.


Hipotesis II :

Diduga penggunaan pupuk organik akan meningkatkan produktivitas. Untuk menjawab ini, saat tanaman telah siap panen maka dilakukan pengubinan, pengolahan, pemipilan, dan penimbangan.

Hipotesis III :

Diduga penggunaan pupuk organik akan meningkatkan keuntungan. Untuk menjawab ini maka dilakukan perhitungan mulai dari biaya-biaya hingga hasil penjualan dari jagung pipilan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Keadaan Petani Responden
Data  petani responden ( sampel)  yang melakukan pengolahan ubi kayu mernnjadi selondok dapat dilihat dalam tabel  2
Tabel 2. Petani Responden pelaku pengolahan ubikayu menjadi selondok
No
Uraian
Hasil
Persentase
(%)
1



2
Umur
20-35
36 - 50
> 51
Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
Perguruan Tinggi

6
12
12

14
9
7
-

20
40
40

47
30
23
-

Dari segi umur petani pelaku pengolahan ubi kayu menjadi selondok,  yang berumur 20-25 tahun  sebanyak 20 %,  berumur 36 – 50 tahun sebanyak 40 % dan  berumur diatas 51 tahun sebanyak 40 %. Ini menunjukan bahwa pelaku pengolah ubikayu menjadi selondok didominasi oleh orang-orang tua , menunjukan bahwa  untuk menjalankan usaha ini tidak  memerlukan tenaga yang kuat masih bisa dikerjakan oleh orang-orang tua. Sedang ditinjau dari segi  pendidikan petani responden SD 47 %, pendidikan SLTP sebesar 30 % dan pendidikan SLTA sebesar 23 % ini menunjukan bahwa pelaku pengolah ubikayu menjadi selondok didominasi oleh pendidikan SD, karena untuk usaha ini tidak perlu pendidikan tinggi cukup dikerjakan oleh orang yang berpendidikan rendah sehingga pengolahan ubikayu menjadi selondok bisa dikembangkan di pedesaan yang mayoritas masih berpendiidkan SD.

B. Analisa Pengujian Hipotesis .

            Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu  Menganalisis keuntungan , kelayakan usaha dan nilai tambah dari pengolahan ubikayu menjadi produk olahan makanan Selondok , maka dalam analisa hasil  akan terjawab  rumusan masalah sekaligus pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Hasil Analisa  dari  pengujian hipotesis  disajikan dalam table 3.
Tabel  3. Analisa Kelayakan Usaha  pengolahan ubi kayu menjadi Selondok
Uraian
Bahan
69 Kg
(rerata)
Konversikan
Bahan 
50 kg
100 kg
Produksi Selondok ( Q)
      21,7
                 15,7
        31,4
Harga /kg
(Rata-rata n = 30 )
8.976
8.976
8.976
Biaya ( rata-rata)



Tetap
    2.175
2.175
2.176
Variabel
114.999
           83.332
166.664
Tenaga kerja
  26.750
19.384
38.768
Total biaya (a)
143.924
104. 891
207.608
Penerimaan (b)  Q  X P

194.779
140.923
281.846
Keuntungan
( b - a )
   50.855
36.032
74.238
Nilai Tambah
                                        1,35                         
ROI (%)
35,33
Sumber : Olah data Primer 2009
Pengolahan ubi kayu menjadi bahan makanan olahan Selondok yang dilakukan oleh petani di desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang , Kabupaten Kulon Proggo, pada umumnya petani melakukan  satu kali proses  pengolahan atau satu kali pembuatan menggunakan bahan ubikayu antara 50- 100 kg., dan dalam kurun waktu satu bulan petani melakukan pengolahan sebanyak 25 – 30 kali. Dari hasil analisa hasil  diperoleh bahwa   dari sample petani sebanyak 30 orang , rata- rata satu kali proses pembuatan menggunakan bahan ubi kayu  sebanyak 69kg  dari bahan tersebut dihasilkan Selondok 21,7 kg atau 31, 4 kg selondok untuk bahan ubi kayu 100 kg .
Biaya Pengolahan ubi kayu menjadi selondok terdiri dari biaya variable yaitu   biaya yang berubah-ubah  secara langsung  sesuai vulume produksi yang dihasilkan. Besarnya biaya variabel dihitung sesuai sarana produksi / bahan-bahan yang dihabiskan dalam satu kali proses produksi.  Biaya variable ini  merupakan biaya yang paling besar  yaitu sebesar Rp.114.999 ( 79,90 %), dan biaya tetap yaitu biaya yang tidak berubah (konstan) tidak  tergantung dari volume produksi yang dihasilakan. Untuk menghitung biaya tetap dihitung penyusutannya selama periode tertentu, untuk pengolahan ubi kayu menjadi selondok penyusutan dihitung selama 1(satu) hari karena satu kali proses produksi / pengolahan hanya membutuhkan waktu 1(satu) hari,  .besarnya biaya tetap sebesar Rp. 2.175 ( 1,5 %). Biaya tenaga kerja  Rp 26.750           ( 18,6%), pada umumnya tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja keluarga sehingga biaya tenaga kerja ini sesungguhnya tidak dikeluarkan
 Keuntunganan yaitu Penerimaan  ( QXP) dikurangi total biaya, besarnya keuntungan yang diperoleh  satu kali pembuatan dengan bahan ubi kayu 69 kg  sebesar Rp 50.855 atau dalam waktu sebulan memperoleh keuntungan antara                     Rp 1.271.375 s/d  Rp 1.525.650, - apabila dikonversikan ke dalan bahan ubi kayu 100 kg maka diperoleh keuntungan Rp 74.238 dalam sekali proses pembuatan  atau diperoleh keuntungangan antara Rp 1.855 950 s/d Rp 2.227.140,-  per bulan dengan asumsi dalam 1 bulan melakukan pengolahan 25 s/d 30 kali. Keuntungan atau pendapatan sebesar itu cukup besar karena  hanya merupakan penghasilan sampingan / tambahan , dikerjakan diluar pekerjaan utamanya yaitu  sebagai petani pengelola usaha pertanian, ternak dan ada juga yang bekerja diluar sektor pertanian.
Menguji Kelayakan Usaha Pengolahan Ubikayu menjadi Selondok. Untuk menguji kelayakan usaha dilakukan  analisa Keuntungan dan    Analisa Return on Invesment ( ROI) . Dari tabel 3 menunjukan bahwa Pengolahan Ubikayu menjadi Produk Selondok layak usaha.  Keuntungan merupakan   Penerimaan ( QXP) dikurangi total biaya, keuntungan yang diperoleh dari pembuatan 100 kg ubi kayu menjadi selondok sebesar Rp74.238 sekali proses pembuatan atau diperoleh keuntungangan antara Rp 1.855 950 s/d Rp 2.27.140,-  per bulan. dan diperoleh nilai Return on Invesment (ROI) 35 %, ini jauh lebih besar dari bunga tabungan yang berlaku di bank . Besarnya bunga tabungan di bank sekitar 5 %  per tahun atau 0,41%  per bulan  yang berarti prosentase  keuntungan atau ROI pengolahan ubi kayu menjadi Selondok  jauh lebih besar dari bunga bank sehingga pengolahan ubikayu menjadi selondok layak usaha.
Nilai Tambah yang diberikan dari pengolahan ubi kayu menjadi Selondok adalah 1,35 yang berarti bahwa setiap penambahan input  Rp. 100,- memperoleh  tambahan output/ penghasilan  Rp.135,-.disamping itu pengolahan ubi kayu menjadi selondok juga memberi nilai tambah berupa : 1)  Menciptakan peluang dan kesempatan kerja baru dipedesaan, banyak keluarga tani yang terlibat dalam pengolahan ubi kayu menjadi selondok rata-rata dalam satu keluarga 2- 4 tenaga kerja yang telibat. 2). Memberikan nilai tambah produk primer, Ubi kayu yang semula harganya sangat murah Rp 800 per kg dan setelah  diolah menjadi Selondok harganya Rp 9.000 per kg,  Apila dibandingkan dari 100 kg Ubi kayu dengan nilai Rp 80 000 menjdi Selondok 31- 33 kg dengan nilai Rp 288.000. 3).  Meningkatkan kesejahteraan bagi pelakunya (petani ),  usaha  agribisnis ubi kayu apabila petani melaksanakan Sub system Produksi  dan diteruskan ke pengolahan selondok akan meningkatkan kesejahteraannya . Sebagai gambaran agribisnis Ubikayu  pada sub Sistem Produksi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.  Analisa keuntungan  Usaha budidaya Ubi kayu ( Luas lahan 2000 m 2 )
Uraian
Jumlah
(Rp)
Biaya
 Variabel
a.    Pengolahan tanah
b.    Pembelian pupuk  
c.    Tenaga pemeliharaan 

Tetap    
 
Jumlah biaya
     
Penerimaan ( QXP)
2500 Kg a Rp 800   

Keuntungan        :


500.000
175. 000
200.000

  25.000

  900.000


2.000.000

1.100.000
             Sumber  : Olah data Primer 2009
Keuntungan yang diperoleh usaha budidaya ubi kayu dengan luas lahan 2000 m2, sebesar Rp Rp 1.100.000 dalam kurun   waktu 8 bulan , sehingga rata-rata keuntungan atau pendapatan per bulan 137.500.000, Apabila petani  juga melakukan pengolahan ubikayu menjadi Selondok maka dari produk primer ( ubi kayu ) 2. 500 kg akan menghasilkan tambahan pendapatan Rp 74 238 X 25  = Rp1.855.950 atau Rp.231.993,- per bulan ini berarti akan menambah atau meningkatkan kesejahteraanya petani sebagai pelaku agribisnis.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 

1.      Pengolahan Ubikayu menjadi Selondok yang dilakukan oleh petani Desa Banjarharjo, Kecamatam Kalibawang , Kabupaten Kulonprogo menguntungkan dan layak usaha ( feasible). keuntungan yang diperoleh dari pengolahan                  ubikayu 100 kg sebesar Rp 74.238  atau diperoleh keuntungangan antara            Rp 1.855 950 s/d Rp 2.227.140 per bulan dengan asumsi dalam 1 bulan melakukan pengolahan 25 s/d 30 kali., Analisis Return on Invesment ( ROI ) diperoleh  35 %, ini jauh lebih besar dari bunga tabungan yang berlaku di bank . Besarnya bunga tabungan di bank saat ini  sekitar 5 %  per tahun atau 0,41%  per bulan
2.      Nilai Tambah yang diberikan dari pengolahan ubi kayu menjadi Selondok           adalah 1,35 yang berarti bahwa setiap penambahan input  Rp. 100,- memperoleh  tambahan output/ penghasilan  Rp.135,-.disamping itu pengolahan ubi kayu menjadi selondok juga memberi nilai tambah berupa menciptakan peluang dan kesempatan kerja baru dipedesaan, Memberikan nilai tambah produk primer,  dan meningkatkan  kesejahteraanya petani sebagai pelaku agribisnis.









  1. Saran


1.    Agroindustri atau pengolahan hasil merupakan bagian dari system agribisnis, keberadaanya sangat penting sehingga perlu dikembangkan didaerah sentra-sentra produksi pertanian contoh sentra-sentra produksi ubikayu, karena  dapat meningkatkan keuntungan,  peningkatan kesejahteraan dan menciptakan lapangan pekerjaan  di pedesaan .
2.    Perlunya peningkatan kualitas produk dari produk Selondok yang dihasilkan oleh para pelaku bisnis pengolahan ubikayu menjadi selondok di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulonn Progo, sehingga akan lebih menguntungkan lagi dan produknya bisa diterima / dipasarkan kedaerah yang lebih luas.
3.    Perlunya tindak lanjut oleh Pemerintah Daerah , dalam hal ini Dinas Pertranian dan Perindustrian, Kabupaten Kulon Progo dalam upaya pembinaan , peningkatan kualitas dan pengembangan agroindustri  ubikayu di Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulun Progo  dimasa mendatang.










DAFTAR  PUSTAKA


Alma, B. 1998. Managemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, Edisi II. ALFABETA, Jakarta.

Badan Pendidikan Dan Latihan Pertanian.1993. Agribisnis seri VII. Badan Pendidikan Dan Latihan Pertanian, Proyek Pengembangan Penyuluhan Pertanian Pusat Departemen Pertanian,Jakarta

Gumbira Said, E. 2001.  Managemen Agribisnis.  Ghalia Indonesia, Jakarta

Nazir , M. 1998.  Metode  Penelitian . Ghalia Indonesia, Jakarta

Rukmana, Rahmad.1997. Budidaya dan Pasca Panen Ubikayu Cetakan 1 Kanisius,Yogyakarta

Salvatore, D.2001 Managerial Economics dalam Perekonomian Global alih bahasa oleh M.Th Anitawati Ed 4. Erlangka, Jakarta































L ampiran 1 . Kuesner Penelitian Pengolahan Ubikayu menjadfi Selondok.


1. Indentitas Petani
Nama                                           :
Alamat                                         :
Umur                                            :
Pendidikan                                    :
Lama membuat selondok             :

2. Bahan dan alat  yang dipergunakan dalam Industri  Selondok
a. Ubi kayu yang digunakan setiap harinya = .................. Kg
b. Harga ubi kayu per kg  .................
c. Apakah bapak /ibu setiap harinya membuat selondok Ya / Tidak  ( coret salah satu), apabila tidak dalam satu bulan berapa kali membuat
d. Bumbu-bumbu yang digunakan :
        1.bawang putih.......................Nilai   Rp  ..............................
        2.garam dapur........................ Nilai . Rp..............................
        3. Penyedap/moto ................. Nilai ..Rp.............................
        4. Minyak goreng................... Nilai  Rp..............................
        5. .................................. .... .... Nilai  Rp..............................
        6. ..................................... .......Nilai .Rp..............................
        7 ………………………… ….Nilai   Rp …………………
    
                 Jumlah …………...........….=    Rp                                     

3. Tenaga kerja
a.    Jumlah tenaga kerja yg digunakan per harinya =  ...........0rang berasal dari keluarga / upah dari luar ( coret salah satu)
b.    Upah tenaga kerja / hari / orang   = Rp ............
c.    Jumlah upah tenaga kerja seluruhnya / hari  ( apabila dari keluarga, perkiraannya ) = Rp.........



 4.Jenis alat-alat yang digunakan dalam pengolahan ubi kayu menjadi Selondok



No comments:

apa yang anda cari ?