Penyiapan Benih Dan Penyiapan Lahan Padi Gogo Tanpa Olah Tanah
Penyiapan benih
Kebutuhan benih untuk satu hektar lahan kurang lebih 40 kg. Dianjurkan menggunakan benih yang bermutu, yaitu yang telah bersertifikat dan berdaya tumbuh di atas 80%. Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh pada kios- kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut mempakan benih sebar (extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Selain itu, masih ada benih pokok (stock seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh balai-balai benih serta benih dasar (foundation seed).
Jika benih disediakan sendiri atau tidak membeli maka hams dipilih yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
1) Benih benar-benar tua dan kering.
2) Butir harus bernas (tidak kopong).
3) Murni, tidak tercampur dengan jenis lain.
4) Benih bebas dari hama dan penyakit.
Benih yang baik memiliki banyak cadangan bahan makanan serta akan tuinbuh lebih cepat dan seragam. Untuk mengetahui daya tumbuh benih perlu dilakukan uji daya tumbuh. Sebelum ditanam di lapangan, benih direndam selama satu malam di dalam air. Tujuannya untuk memacu perkecambahan di lapangan. Akan lebih baik jika benih direndam dalam larutan fungisida untuk memperkecil risiko serangan penyakit blas. Caranya dapat dengan pelapisan atau perendaman. Cara pelapisan, yaitu benih dibasahi air terlebih dahulu, selanjutnya diaduk dengan fungisida Benlate T 20 WP dengan dosis 5 g/kg benih. Masukkan benih ke dalam kantong plastik dan kocok merata. Cara perendaman adalah dengan merendam benih dalam larutan fungisida Benlate T 20 WP selama 15 menit dengan dosis dan petunjuk sesuai kemasan.
Kebutuhan benih untuk satu hektar lahan kurang lebih 40 kg. Dianjurkan menggunakan benih yang bermutu, yaitu yang telah bersertifikat dan berdaya tumbuh di atas 80%. Benih yang bersertifikat atau berlabel dapat diperoleh pada kios- kios atau toko pertanian maupun penyalur benih. Benih tersebut mempakan benih sebar (extension seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh para penangkar benih atau kebun-kebun benih. Selain itu, masih ada benih pokok (stock seed) yang dihasilkan dan disebarkan oleh balai-balai benih serta benih dasar (foundation seed).
Jika benih disediakan sendiri atau tidak membeli maka hams dipilih yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
1) Benih benar-benar tua dan kering.
2) Butir harus bernas (tidak kopong).
3) Murni, tidak tercampur dengan jenis lain.
4) Benih bebas dari hama dan penyakit.
Benih yang baik memiliki banyak cadangan bahan makanan serta akan tuinbuh lebih cepat dan seragam. Untuk mengetahui daya tumbuh benih perlu dilakukan uji daya tumbuh. Sebelum ditanam di lapangan, benih direndam selama satu malam di dalam air. Tujuannya untuk memacu perkecambahan di lapangan. Akan lebih baik jika benih direndam dalam larutan fungisida untuk memperkecil risiko serangan penyakit blas. Caranya dapat dengan pelapisan atau perendaman. Cara pelapisan, yaitu benih dibasahi air terlebih dahulu, selanjutnya diaduk dengan fungisida Benlate T 20 WP dengan dosis 5 g/kg benih. Masukkan benih ke dalam kantong plastik dan kocok merata. Cara perendaman adalah dengan merendam benih dalam larutan fungisida Benlate T 20 WP selama 15 menit dengan dosis dan petunjuk sesuai kemasan.
PENYIAPAN LAHAN
Pada penyiapan lahan dengan sistem tanpa olah tanah (TOT), lahan sama sekali tidak diolah. Hal ini tentu berbeda dengan sistem konvensional yang tanahnya diolah sempurna. Ciri-ciri tanah yang cocok untuk penerapan TOT antara lain
1) berdrainase baik sampai sedang,
2) bertekstur sedang sampai berpasir,
3) mudah kering,
4) bagian atas bertekstur pasir berdebu,
5) kondisinya miring, dan
6) berdaya ikat air sedikit.
Langkah-langkah penyiapan lahan dengan sistem TOT adalah sebagai berikut.
l. Menyemprot gulma, misalnya alang-alang, dengan herbisida sistemik
Untuk pemberantasan gulma tidak dianjurkan menggunakan herbisida yang bersifat kontak, tetapi sebaiknya menggunakan herbisida sistemik. Contoh herbisida yang bersifat sistemik adalah Roundup, Polaris 240 AS, Eagle IPA 480 AS, Kleen Up 480 AS, Basmilang 480 AS, dan Spark 160 AS. Herbisida jenis ini mengandung bahan aktif glifosat yang bekeija secara sistemik dan diisap melalui daun. Sifatnya mudah terurai, cepat terdekomposisi oleh mikroorganisme dan sinar matahari, serta tidak meninggalkan residu.
Setelah herbisida disemprotkan selanjutnya akan terserap dan menyebar ke seluruh bagian tanaman, tak terkecuali akar atau rimpang. Daun alang-alang yang tua atau layu kekurangan air akan lambat dan sedikit menyerap herbisida. Herbisida ini bekerja relatif lambat. Setelah dua hari disemprot, daun alang-alang masih tampak hijau.
Herbisida kontak memang bekerja lebih cepat daripada herbisida sistemik. Dalam waktu dua hari setelah disemprot, daun alang-alang akan cepat mati. Namun, herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman yang terkena semprot saja karena tidak terserap dan tidak menyebar ke bagian tubuh tanaman. Penyemprotan yang hanya mengenai bagian di atas permukaan tanah tanpa mengenai rimpang memungkinkan alang-alang dalam waktu relatif singkat akan tumbuh lagi. Oleh karenanya, jenis herbisida kontak tidak layak atau kurang efektif digunakan untuk persiapan lahan secara TOT.
Penyemprotan herbisida diusahakan semerata mungkin. Jika dirasa tidak merata, lakukan penyemprotan ulang. Penyemprotan koreksi dilakukan selang 10 hari setelah penyemprotan pertama.
Pada penyiapan lahan dengan sistem tanpa olah tanah (TOT), lahan sama sekali tidak diolah. Hal ini tentu berbeda dengan sistem konvensional yang tanahnya diolah sempurna. Ciri-ciri tanah yang cocok untuk penerapan TOT antara lain
1) berdrainase baik sampai sedang,
2) bertekstur sedang sampai berpasir,
3) mudah kering,
4) bagian atas bertekstur pasir berdebu,
5) kondisinya miring, dan
6) berdaya ikat air sedikit.
Langkah-langkah penyiapan lahan dengan sistem TOT adalah sebagai berikut.
l. Menyemprot gulma, misalnya alang-alang, dengan herbisida sistemik
Untuk pemberantasan gulma tidak dianjurkan menggunakan herbisida yang bersifat kontak, tetapi sebaiknya menggunakan herbisida sistemik. Contoh herbisida yang bersifat sistemik adalah Roundup, Polaris 240 AS, Eagle IPA 480 AS, Kleen Up 480 AS, Basmilang 480 AS, dan Spark 160 AS. Herbisida jenis ini mengandung bahan aktif glifosat yang bekeija secara sistemik dan diisap melalui daun. Sifatnya mudah terurai, cepat terdekomposisi oleh mikroorganisme dan sinar matahari, serta tidak meninggalkan residu.
Setelah herbisida disemprotkan selanjutnya akan terserap dan menyebar ke seluruh bagian tanaman, tak terkecuali akar atau rimpang. Daun alang-alang yang tua atau layu kekurangan air akan lambat dan sedikit menyerap herbisida. Herbisida ini bekerja relatif lambat. Setelah dua hari disemprot, daun alang-alang masih tampak hijau.
Herbisida kontak memang bekerja lebih cepat daripada herbisida sistemik. Dalam waktu dua hari setelah disemprot, daun alang-alang akan cepat mati. Namun, herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman yang terkena semprot saja karena tidak terserap dan tidak menyebar ke bagian tubuh tanaman. Penyemprotan yang hanya mengenai bagian di atas permukaan tanah tanpa mengenai rimpang memungkinkan alang-alang dalam waktu relatif singkat akan tumbuh lagi. Oleh karenanya, jenis herbisida kontak tidak layak atau kurang efektif digunakan untuk persiapan lahan secara TOT.
Penyemprotan herbisida diusahakan semerata mungkin. Jika dirasa tidak merata, lakukan penyemprotan ulang. Penyemprotan koreksi dilakukan selang 10 hari setelah penyemprotan pertama.
Waktu penyemprotan dilakukan saat cuaca cerah dan menurut estimasi tidak
akan datang hujan dalam waktu 6 jam setelah dilakukan penyemprotan.
Dosis yang digunakan untuk penyempotan disesuaikan dengan rekomendasi pada label kemasan. Air yang digunakan untuk mencampur herbisida sebaiknyajemih, tidak mengandung partikel tanah, dan tidak keruh.
Dalam menentukan waktu penyemprotan sebaiknya juga melihat kondisi pertumbuhan gulma. Waktu yang tepat adalah saat gulma atau alang-alang sedang tumbuh aktif.
Penggunaan herbisida dapat dihemat dengan cara membakar gulma atau alang-alang terlebih dahulu, khususnya yang sudah tua.
Gulma lalu dibiarkan tumbuh kembali atau diremajakan dalam waktu kira-kira 1,5 bulan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan herbisida saat gulma sedang tumbuh aktif. Dalam waktu satu minggu sesudah penyemprotan, alang-alang mulai menguning. Empat minggu kemudian alang-alang akan mati.
2. Merebahkan alang-alang
Untuk merebahkan alang-alang dapat digunakan drum kosong yang digelindingkan di atas alang-alang yang sudah mati. Selain itu, dapat digunakan alat perebah lain. Alang-alang yang telah direbahkan selanjutnya akan menjadi mulsa. Jadi, dalam sistem TOT ini gulma merupakan input. Mulsa ini menguntungkan karena dapat
a) mencegah kerusakan tanah dari benturan air hujan,
b) meningkatkan kandungan bahan organik dan kesuburan tanah,
c) menekan pertumbuhan gulma berikutnya dan mengurangi penguapan,
d) menciptakan mikroklimat yang mendukung pertumbuhan tanaman, dan
e) meningkatkan aktivitas organisme dalam tanah.
( Sumber : Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah/ YT Prasetyo)
Dosis yang digunakan untuk penyempotan disesuaikan dengan rekomendasi pada label kemasan. Air yang digunakan untuk mencampur herbisida sebaiknyajemih, tidak mengandung partikel tanah, dan tidak keruh.
Dalam menentukan waktu penyemprotan sebaiknya juga melihat kondisi pertumbuhan gulma. Waktu yang tepat adalah saat gulma atau alang-alang sedang tumbuh aktif.
Penggunaan herbisida dapat dihemat dengan cara membakar gulma atau alang-alang terlebih dahulu, khususnya yang sudah tua.
Gulma lalu dibiarkan tumbuh kembali atau diremajakan dalam waktu kira-kira 1,5 bulan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan dengan herbisida saat gulma sedang tumbuh aktif. Dalam waktu satu minggu sesudah penyemprotan, alang-alang mulai menguning. Empat minggu kemudian alang-alang akan mati.
2. Merebahkan alang-alang
Untuk merebahkan alang-alang dapat digunakan drum kosong yang digelindingkan di atas alang-alang yang sudah mati. Selain itu, dapat digunakan alat perebah lain. Alang-alang yang telah direbahkan selanjutnya akan menjadi mulsa. Jadi, dalam sistem TOT ini gulma merupakan input. Mulsa ini menguntungkan karena dapat
a) mencegah kerusakan tanah dari benturan air hujan,
b) meningkatkan kandungan bahan organik dan kesuburan tanah,
c) menekan pertumbuhan gulma berikutnya dan mengurangi penguapan,
d) menciptakan mikroklimat yang mendukung pertumbuhan tanaman, dan
e) meningkatkan aktivitas organisme dalam tanah.
( Sumber : Bertanam Padi Gogo Tanpa Olah Tanah/ YT Prasetyo)
No comments:
Post a Comment