Musim hujan telah mengguyur sebagian
wilayah Indonesia. Meski terbilang mundur dibandingkan
kebiasaan-kebiasaan sebelumnya, musim tanam padi di akhir tahun 2014
akan menjadi bekal bagi produksi tahun 2015.
Keberhasilan tanam pada musim hujan akan menjadi penentu
peningkatan produksi padi nasional. Apalagi pemerintah telah
mencanangkan swasembada pangan pada tahun 2017. Tahun 2015, pemerintah
telah menargetkan produksi padi sebanyak 73,40 juta ton gabah kering
giling (GKG).
Untuk mencapai produksi tersebut memang tidak mudah. Banyak
persoalan yang masih menyelimuti petani. Salah satunya adalah gangguan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Hama yang kerap menyerang tanaman
padi petani adalah wereng.
Untuk mengetahui serangan hama tersebut, petani bisa
menandai dengan terlihatnya tanaman padi yang tampak mengering dengan
cepat (seperti terbakar) disertai daun yang menguning. Terlihat bentuk
menyerupai lingkaran yang menunjukkan pola penyebaran, dimulai dari satu
titik kemudian menyebar ke segala arah. Ketika diamati, tepat di
pangkal batang terdapat serangga coklat bersayap berukuran panjang 2,0 –
4,4 mm.
Jika melihat tanda-tanda tersebut dapat dipastikan bahwa
tanaman padi sudah terserang hama wereng. Ada beberapa jenis hama
tersebut yakni, wereng coklat (Nilaparvata lugens), wereng hijau (Nephotettix virescens), wereng punggung putih (Sogatella furcifera Horvarth) dan wereng loreng (Recilia dorsalis).
Semuanya berpotensi mempunyai dampak serangan membahayakan.
Namun sampai kini yang dominan membuat kejadian luar biasa di dunia
pertanian adalah wereng coklat. Baik skala nasional maupun internasional
(kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, sebagian Asia Tengah).
Dengan menghisap cairan sel (dalam jaringan pengangkut) tanaman padi, wereng
dapat menimbulkan kerusakan ringan sampai berat. Bahkan pada hampir
semua fase tumbuh sejak fase bibit, anakan, sampai fase masak susu
(pengisian), sehingga bisa berakibat puso (gagal panen).
Tidak hanya itu, serangga tersebut juga membawa tiga virus
padi yang berbahaya yaitu penyakit virus kerdil hampa (VKH) dan virus
kerdil rumput tipe 1 (VKRT-1) dan virus kerdil rumput tipe 2 (VKRT- 2).
Sebagai vektor, wereng juga berpotensi menyebarkan penyakit Rice Black Streak Dwarf Virus (RBSDV) dan Southern Black Streak Dwarf Virus/ SBSDV (RBSDV-2), yang biasanya menyerang tanaman suku rumput-rumputan (famili : Poaceae), seperti padi dan jagung.
Mengenal Siklus Hidup
Untuk mengenal hama tersebut, perlu juga diketahui bagaimana
siklus hidupnya. Serangga dewasa mempunyai dua bentuk yakni bersayap
panjang/sayap belakang normal (makroptera) dan bersayap pendek/sayap belakang tidak normal (brakhiptera).
Siklus hidupnya dari telur sampai dewasa sekitar 50 hari. Berkembang biak melalui cara seksual. Betina dewasa akan bertelur, brakhiptera mengalami masa peneluran 3-4 hari, sedangkan makroptera 3-8 hari.
Selama hidupnya seekor wereng betina mampu bertelur
berjumlah 270-902 butir, terdiri dari 76-142 kelompok. Telur diletakkan
berkelompok (1 kelompok 3-21 butir) di pangkal pelepah daun, atau pada
ujung pelepah daun dan tulang daun bila populasinya tinggi. Telur
menetas 7-11 hari dengan rata-rata 9 hari, disebut serangga muda (nimfa). Selanjutnya selama ± 15 hari nimfa akan berganti kulit (instar), kemudian menjadi serangga dewasa (imago) yang berumur antara 18-28 hari.
Pada umumnya wereng coklat berkembangbiak pada musim
penghujan dengan kelembaban tinggi (70-80%). Faktor lain seperti
intensitas cahaya matahari rendah (suhu siang hari optimum 280C-300C), tanaman rimbun, lahan basah, angin lemah, pemupukan N yang terlalu tinggi, akan mempercepat peningkatan populasinya.
Dari hasil penelitian, kerusakan tanaman yang ditimbulkan
oleh serangan 4 ekor/ batang selama 30 hari. Tanaman padi yang terserang
dapat menurunkan hasil sebesar 77% (periode anakan), 37% (saat padi
bunting) dan 28% (masa pemasakan buah).
Dampak serangan yang sangat besar tersebut membuat wereng
coklat menjadi serangga kecil yang mempunyai daya ancam besar, terutama
bagi peningkatan produksi padi. Sandis W. P (BPTP Kalimantan Tengah)/Yul
U
Sumber Tabloid sinar tani
No comments:
Post a Comment