PENYAKIT KERDIL HAMPA PADA TANAMAN PADI & PENGENDALIANNYA
Sumber Gambar: www.google.com |
Penyakit ini disebabkan oleh virus kerdil hampa padi yang ditularkan
secara persisten oleh wereng cokelat (Nilaparvata lugens Stal.) dan
spesies lain dalam genus Nilaparvata (Hibino 1989; Milne and Ling 1982).
Virus ini dapat memperbanyak diri di dalam tubuh vektor, tetapi tidak
ditularkan melalui telur, air, tanah, biji maupun secara mekanik
(Chetanachi et al.,1979; Ling et al.,1978).
Vektor : wereng cokelat (Nilaparvata lugens Stal.) dan spesies lain dalam genus Nilaparvata.
Gejala awal penyakit kerdil hampa adalah daun bergerigi pada fase awal tanaman muda. Gejala penyakit kerdil hampa pada daun bendera pada fase bunting dicirikan oleh daun melintir, berubah bentuk, dan memendek.
Vektor : wereng cokelat (Nilaparvata lugens Stal.) dan spesies lain dalam genus Nilaparvata.
Gejala awal penyakit kerdil hampa adalah daun bergerigi pada fase awal tanaman muda. Gejala penyakit kerdil hampa pada daun bendera pada fase bunting dicirikan oleh daun melintir, berubah bentuk, dan memendek.
Gejala Serangan adalah ; Daun yang. ( baca seterusnya)
baru tumbuh sering memutar dan
tepinya robek, anakan bercabang dan terdapat bengkakan sepanjang tulang
daun, keluarnya malai terhambat dan menyebabkan bulir menjadi hampa
(Hibino et al.,1977).Secara alamiah sumber penyakit telah terpelihara di
daerah endemis wereng cokelat, hal tersebut disebabkan karena wereng
cokelat mempunyai kemampuan terbang yang jauh dan mampu melintas lautan.
Tanaman menjadi kerdil dengan penurunan tinggi tanaman 40 - 50%, Bila
serangan terjadi pada awal pertumbuhan bibit daun melingkar seperti
terpilin tapi helai daun bergerigi, Bila serangan dimulai pada akhir
pertumbuhan, anakan tanaman membentuk anakan bercabang dan membengkak
(puru) pada tulang daun, Keluarnya malai terhambat dan bulir menjadi
hampa.
Tanaman padi yang diserang akan menunjukkan gejala-gejala sebagai
berikut: tanaman menjadi kerdil, jumlah anakan sangat banyak, tumbuhnya
tegak, daun menjadi pendek, sempit, berwarna hijau pucat atau kekuningan
dengan bercak-bercak berwarna cokelat, kadang-kadang muncul gejala
belang. Tingkat kerusakan ditentukan oleh varietas padi dan umur tanaman
pada saat terinfeksi. Pada umumnya semakin tua umur tanaman pada saat
terinfeksi, semakin rendah persentase pertanaman yang rusak bahkan
gejala penyakit tidak tampak sampai tanaman dipanen. Gejalanya baru akan
tampak pada ratun sehabis panen (Ling, 1972).
Pengendalian penyakit kerdil rumput maupun kerdil hampa dilakukan dengan
pengintegrasian beberapa cara pengendalian dalam satu sistem terutama
ditujukan untuk mengendalikan vektor, yaitu dengan cara penanaman
varietas tahan, penghilangan suber virus, cara bercocok tanam,
pengendalian biologi, penyemprotan pestisida berdasarkan hasil
pengamatan.
Penanaman Varietas Tahan; Agar tidak terjadi serangan maka di wilayah
endemis wereng cokelat, pada musim hujan harus menggunakan varietas yang
tahan sesuai dengan biotipe yang berkembang di satu lokasi. Varietas
yang tahan wereng coklat adalah Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW)-1
dan 2. VUTW-1 merupakan varietas yang tahan terhadap wereng cokelat
biotipe 1, yaitu PB26, PB28, PB30, PB34, Asahan, Citarum, dan Brantas
sedangkan VUTW-2 yang tahan terhadap wereng cokelat biotipe 2 yaitu
PB32, PB36, PB38, PB42, Cisadane, Cimandiri dan Ayung. Selain itu PB56
dan Kelara adalah varietas yang tahan wereng cokelat biotipe Sumatera
Utara.
Menghilangkan Sumber Infeksi; Untuk mengurangi penyebaran penyakit
kerdil rumput maupun kerdil hampa dengan cara mencabut dan membenamkan
tanaman yang terinfeksi, sisa-sisa tanaman, dan ratun. Selain itu juga
dapat dilakukan dengan cara sanitasi secara selektif terhadap tanaman
yang diduga dapat berfungsi sebagai inang virus atau wereng cokelat.
Cara Bercocok Tanam; Pengendalian penyakit kerdil hampa dan kerdil
rumput yang perlu dilakukan dalam bercocok tanam padi adalah dengan
melakukan pergiliran tanaman (padi dengan palawija), pengaturan air
irigasi, dan pemupukan berimbang. Pergiliran tanaman dengan palawija
dapat memutus daur hidup wereng cokelat dan wereng hijau, karena ke dua
hama tersebut hanya berkembang dengan baik pada tanaman padi. Tanaman
palawija merupakan tempat berlindung musuh alami hama wereng yaitu
laba-laba. Pengaturan air irigasi cukup penting karena kondisi pengairan
mempengaruhi kelembaban di bawah kanopi. Nimfa wereng cokelat tidak
dapat berkembang dengan baik pada kelembaban di bawah kanopi kurang dari
60% (Isichaikul et al.,1994). Pengeringan sawah dapat meningkatkan
kematian nimfa wereng cokelat. Pemberian pupuk urea yang berlebihan
menyebabkan tanaman sangat baik untuk perkembangan wereng cokelat.
Pengendalian dengan cara Biologi; Pengendalian secara biologi dilakukan
dengan memanfaatkan musuh-musuh alami wereng cokelat. Jenis predator
yang dihandalkan untuk mengendalikan wereng adalah dari jenis laba-laba
(Lycosa) dan kepik (Cyrtorhinus Microvelia). Laba-laba sulit dibiakkan
secara massal karena sifatnya yang kanibal. Sedangkan predator dari
jenis kepik dapat diperbanyak dengan cara yang lebih mudah dibandingkan
dengan jenis laba-laba, sehingga dapat dilepas dengan teknik inundasi.
Pestisida; Penggunaan pestisida harus dilakukan secara hati-hati dan
bijaksana dengan berdasarkan hasil monitoring populasi. Pengambilan
keputusan pengendalian hama wereng cokelat dengan pestisida dapat
didasarkan pada ambang kendali yang mempertimbangkan populasi musuh
alami, keputusan pengendalian ditetapkan dengan formula Baehaki
(Baehaki, 1999).
Insektisida yang manjur mengendalikan hama wereng cokelat dan wereng punggung putih diantaranya adalah fipronil dan imidakloprid. Jenis insektisida buprofezin dapat digunakan untuk pengendalian wereng cokelat populasi generasi 1 atau 2, sedangkan fipronil dan imidakloprid untuk wereng cokelat generasi 1, 2, 3 dan 4. Bahan kimia nabati yang dapat membunuh wereng cokelat adalah dari ekstrak tanaman nimba. Penggunaan pestisida nabati tidak dapat disamakan dengan insektisida an-organik.
Insektisida yang manjur mengendalikan hama wereng cokelat dan wereng punggung putih diantaranya adalah fipronil dan imidakloprid. Jenis insektisida buprofezin dapat digunakan untuk pengendalian wereng cokelat populasi generasi 1 atau 2, sedangkan fipronil dan imidakloprid untuk wereng cokelat generasi 1, 2, 3 dan 4. Bahan kimia nabati yang dapat membunuh wereng cokelat adalah dari ekstrak tanaman nimba. Penggunaan pestisida nabati tidak dapat disamakan dengan insektisida an-organik.
Sumber : - Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan & Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
- Internet (Adriansyah blog's)
- bptp-sulsel@litbang.deptan.go.id
- Internet (Adriansyah blog's)
- bptp-sulsel@litbang.deptan.go.id
Penulis : Iman Priyadi, (Penyuluh Pertanian Balai Besar pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian)
email : imanpriyadi@yahoo.co.id
email : imanpriyadi@yahoo.co.id
http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/penyakit-kerdil-hampa-pada-tanaman-padi-pengendaliannya
No comments:
Post a Comment