pertanian organik dan hemat sumber daya alam telah banyak
diaplikasikan di daerah tropis dalam sepuluh tahun terakhir. Namun yang
mengagetkan, baru sedikit data yang mengungkap kinerja dua jenis
pertanian ini di masyarakat. Hal inilah yang memicu penelitian terbaru yang telah diterbitkan dalam International Journal of Agricultural Sustainability kemarin (Selasa, 1/10).
Mampukah pertanian organik dan hemat sumber daya alam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat? Meningkatkan ketahanan pangan?
Pertanyaan-pertanyaan ini yang berusaha dijawab oleh Mica Bennett dari
Sustainable Commodity Initiative, International Environment House dan
Steven Franzel dari World Agroforestry Centre.
Dengan menganalisis 31 praktik pertanian organik dan hemat sumber daya di Afrika
dan Amerika Latin, kedua peneliti mengungkap manfaat langsung yang
diraih petani ketika mereka beralih dari pola pertanian konvensional
atau pertanian organik tradisional ke konsep pertanian organik dan hemat
sumber daya alam.
Menurut tim peneliti, sejak pertengahan 1980-an, jumlah penduduk
Afrika yang hidup dengan pendapatan $1/hari jumlahnya terus bercokol
pada angka 50%. Padahal pada saat itu Afrika mencatat sejumlah
kesuksesan dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Namun pertumbuhan
populasi penduduk telah melampaui kinerja ini sehingga produksi pangan
per kapita terus turun.
Banyak peneliti yang saat itu beranggapan, jalan keluar dari jurang
kemiskinan di Afrika adalah dengan menggunakan teknologi Revolusi Hijau.
Teknologi ini berhasil di beberapa wilayah Asia Timur dan Pasifik,
meningkatkan produksi serealia hingga tiga kali lipat. Namun teknologi
ini ternyata membawa dampak negatif bagi industri pertanian.
Yaitu dengan menghasilkan gas rumah kaca, residu pestisida, merusak
keanekaragaman hayati, memicu erosi, menurunnya kesuburan serta
peningkatan jumlah garam dalam tanah.
Solusinya, para petani kemudian menerapkan sistem pertanian organik
dan hemat sumber daya. Pertanian hemat sumber daya alam adalah
pertanian yang berusaha menggunakan jasa dan sumber daya alam dengan
bijaksana, memertimbangkan kebutuhan pada masa datang. Pertanian ini
memromosikan manfaat yang seimbang dari peningkatan produksi pertanian
dan dampaknya terhadap lingkungan, masyarakat dan kesehatan.
Teknik yang digunakan beragam. Diantaranya adalah tata kelola nutrisi dan hama terpadu, konservasi lahan, konsep wana tani (agroforestry), aquaculture, budidaya air (water harvesting)
dan integrasi peternakan. Sementara pertanian organik adalah sistem
pertanian yang menggunakan semua teknik pertanian hemat sumber daya alam
di atas tanpa menggunakan bahan-bahan sintetis dan kimia berbahaya. Perpaduan kedua konsep ini disebut Organic and Resource-Conserving Agriculture (ORCA).
Hasil analisis kedua peneliti menunjukkan, sebanyak 19 dari 25 (76%)
praktik ORCA terbukti berhasil meningkatkan hasil panen. Sebanyak 7 dari
8 (87,5%) praktik ORCA terbukti memerkuat keamanan pangan. Dan 19 dari
23 (82,6%) praktik ORCA terbukti meningkatkan pendapatan masyarakat.
Namun kesuksesan praktik ORCA ini tidak datang dengan sendirinya.
Diperlukan berbagai jenis keahlian dari petani kecil dan mitra mereka
yang meliputi keahlian wira usaha, perdagangan,
keahlian berorganisasi, kemauan untuk berinovasi dsb. Jika semua
keahlian ini berhasil dikuasai, menurut kedua peneliti, manfaat ORCA akan semakin nyata yaitu meningkatkan kualitas lingkungan, ekonomi dan kesehatan masyarakat.
Redaksi Hijauku.com
No comments:
Post a Comment